17.

10.2K 956 14
                                    

Hari ini para detektif kepolisian mulai kembali berdatangan ke SMA Gusu. Kali ini detektif Jin Ling yang bertugas untuk menjelaskan situasi yang terjadi saat ini. Dia masuk ke dalam ruang kepala sekolah dengan perasaan campur aduk. Bagaimana pun dia harus menjelaskan dulu tentang pembunuhan ini baru setelah itu dia akan meminta maaf tentang pemberhentian penyelidikan kasus ini. Dia masuk ke dalam ruangan itu dan di sambut baik oleh kepala sekolah.
Mereka duduk sebentar sambil menyicipi teh yang telah di sediakan.
Setelah beberapa saat, sang kepala sekolah mulai membuka suara.

"Jadi bagaimana pak?" Dia bertanya dengan raut wajah gelisah.

Detektif jin ling menghela nafas panjang. "Luka di bagian tubuh anak-anak itu berbeda-beda, ada beberapa sayatan, ada bebepa potongan kecil dan terlebih mereka di siksa sebelum akhirnya di bunuh".
sejenak sang detektif menelan air liurnya dengan susah payah, lalu kembali melanjutkan kalimatnya. "Senjata yang di gunakan juga berbeda-beda, salah seorang siswa yang di bunuh secara brutal, sepertinya pelaku sangat membencinya hingga usus perutnya sudah di tarik keluar sebelum anak itu meninggal".

Sang kepala sekolah terkejut. "Ba--bagaimana bisa ada orang sekejam itu?".

"Entalah. Sang pelaku, entah dia sendirian atau bersama kelompoknya kita tidak dapat mengetahui itu. Dia sama sekali tidak meninggalkan jejak. Apalagi tempat disana merupakan tempat yang sangat sepi".

"Jadi bagaimana pak? Saya hara bapak dan rekan-rekan bapak terus menyelidiki kasus ini. Saya khawatir jika sang pembunuh akan melukai siswa yang lain".

Inilah yang sejak tadi menganggu pikiran sang detektif. Dia tidak bisa melakukan apapun, sebab keputusan atasan adalah mutlak. Dia hanya sebagai bawahan, tidak punya hak sama sekali untuk membantah perintah dari atasan. Kecuali jika dia sudah siap untuk kehilangan pekerjaannya.

"Sebelumnya saya ingin meminta maaf terlebih dahulu pak. Kami---kami tidak bisa melanjutkan kasus ini".

Kepala sekolah tersentak kaget.

"Kenapa? Bukankah ini tugas kalian?".

Sang detektif mengangguk pelan. "Tapi ada beberapa hal yang tidak bisa kami atasi pak. Tapi bapak jangan khawatir. Sebab kejadian ini tidak akan terulang lagi".

Setelah cukup lama berdebat dengan sang kepala sekolah, detektif jin ling pun mohon pamit dari sana.

Kegiatan pembunuhan yang di katakan sang detektif adalah fakta. Dan kebenaran tentang tubuh korban barulah di ungkapkan secara benar saat ini. Salah satu dari keempat korban tersebut, salah satunya di bunuh dengan seluruh usus perutnya berceceran di luar tubuhnya. Dan jika dapat di prediksi, pelaku tidak menarik usus itu dengan benda tajam, tapi dengan tangannya sendiri. Kenapa sampai tidak ada sidik jari disana? Karena itulah kenapa sang pembunuh ini di katakan profesional. Polisi hanya menyimpulkan jika dia menggunakan sarung tangan. Lalu salah satunya dengan leher yang di sayat dengan benda tajam, tapi bukan pisau atau silet. Benda itu tipis, sangat tipis namun sangat dalam hingga menembusi kerongkongan sang korban. Salah satunya dengan telinga yang di potong terpisah dengan tubuhnya, dan beberapa tikaman di perutnya. Sedangkan yang satunya lagi dengan lengan tangan dan jari-jari tangannya di potong secara terpisah. Juga kepalanya di benturkan ke dinding hingga dia mati karena pendarahan. Siapapun yang melihat tubuh para korban, jika dia anggota kepolisian, dia akan meresa sakit atau mungkin aka  muntah karena terlalu mengerikan. Tapi jika dia orang biasa, dia mungkin akan mengalami trauma parah sepanjang hidupnya.

Selepas dari para detektis meninggalkan halaman sekolah itu, kini anak-anak mulai kembali berkumpul.

"Hei, hei, lihat para polisi itu datang lagi. Tapi mereka belum menemukan apapun".

We Together (YiZhan💞/END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang