38.

9K 872 29
                                    

"Mr. Li. Dia ayahmu bukan?".

Wenhan menatap tajam lelaki manis itu dan menjawab. "Bukan urusanmu".

Xiao zhan menghela nafas dan tersenyum seolah olah tidak terjadi apa-apa saat ini.
"Emmm---aku terus bertanya-tanya, kapan dia akan datang? Apakah besok pagi?".

Kening xiao zhan bertaut saat mendengar tertawaan li wenhan.
Wenhan menatapnya sambil tertawa terpingkal-pingkal.
"Hahahhha. Kau sedang menunggunya? Hahahah kau begitu menyedihkan. Tidakkah kau lupa bahwa kau telah kehilangan adikmu? Ahh, apakah karena dia mati, kau menjadi gila? Hei, kau bahkan tidak bisa melindunginya, lalu sekarang apa yang kau inginkan?".

Dari sekian banyak hal. Satu-satunya hal yang paling sensitif bagi pria manis itu adalah singgungan tentang adiknya
Wajahnya kembali datar dan sorot mata tajam itu hanya melirik pria di depannya. Memancing amarahnya? Itu hanya akan menyusahkanmu.

Tanpa satu pun kata, senjata api itu bekerja dengan cepat.

Dor

Sebuah peluru menembus kaki li wenhan. Lelaki itu menjerit.

"Awwwwww".

Xiao zhan kembali menatap seluruh wajahnya sambil menekan luka bekas tembakan itu dengan kakinya dan berkata.

"Beraninya kau!! Beraninya sampah sepertimu menyinggung soal seanku!".

"Awwww----singkirkan kakimu bangsat!!". Pekik wenhan tak kalah xiao zhan terus menekan kakinya dan membiarkan darah segar terus mengalir keluar.

Xiao zhan menghela nafas dan melepaskan kakinya lalu kembali duduk dengan sopan dihadapan pria itu. Dengan suara pelan dan halus dia berkata. "Aku ingin tahu, apa yang sebenarnya di lakukan oleh ayahmu hingga wanita itu, ahh--maksudku, ibuku, sampai bisa membunuh anaknya sendiri?".

Tidak peduli akan rasa sakit, wenhan masih bisa tertawa dan masih terus memancing xiao zhan.

"Hahahha--zhanzhan zhanzhan, kau begitu manis dan cantik. Tapi sayangnya kita tak bisa bersama".

Xiao zhan mengangkat sudut bibirnya dan tersenyum sungging.
"Menjijikan!".

"Ahh". Xiao zhan berdiri dan mendekati lelaki itu. Ia menunduk untuk mensejajarkan tinggi mereka dan melanjutkan ucapannya.
"Aku ingin tahu, bagaimana reaksi ayahmu saat melihatmu seperti ini".

Lelaki itu mengepal erat tangannya. Bagaimana bisa dia membiarkan ayahnya melihat semua ini? Dia tidak ingin jika karena dia, lelaki tua itu akan menjadi lemah.
Dia mendongak menatap xiao zhan dan berteriak.

"Bunuh aku!! Bunuh aku sekarang brengsek!!".

Xiao zhan mempoutkan bibinya seolah dia berkata. Lalu matanya sedikit menyipit dan kembali dia berkata. "Emmm---menurutlah wenhan, bagaimana bisa kau sudah lelah padahal permainannya baru saja di mulai? Sayangnya aku masih belum ingin membunuhmu, karena satu-satunya orang yang ku tunggu adalah ayahmu".

Pecahan tawaan dari lelaki di depannya itu terdengar lagi.
"Huahahahaahaahah!!! Hahahaha---lucu---lucu sekali--hahahah-- sebaiknya kamu jangan bermimpi kelinci imut. Kau harusnya tahu siapa ayahku bukan? Dia adalah boss mafia zhanzhan, kau pikir anak kecil sepertimu bisa melawannya? Hentikan gurauan konyolmu itu dan bangunlah dari mimpimu zhanzhan".

Xiao zhan sama sekali tidak terpancing. Lagi-lagi dia mempoutkan bibirnya. Bukan karena kesal, tapi karena dia ingin terlihat imut. Astaga, xiao zhan ini gila! Disaat seperti ini dia bahkan sama sekali tidak memikirkan tentang bahaya besar yang akan menghampirinya. Bahkan rasa takut pun tidak ia rasakan.

"Karena itu aku menunggunya untuk datang kemari wenhan. Aku sudah menunggunya begitu lama. Bagaimana mungkin aku akan melepaskannya begitu saja?".

"Hah, kau tidak berpikir jika waktumu tak cukup hingga besok pagi? Karena malam ini. Aku yang akan lebih dulu membunuhmu".

We Together (YiZhan💞/END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang