Possesive Psikopat #32

51.3K 4.4K 1.4K
                                    

°°°

Aku baik-baik saja adalah kalimat ketika perempuan menutupi rasa sakit yang tidak terbaca.

°°°

"Kita,... Putus."

Lancar sekali, tidak ada gurat penyesalan di wajah Ken. Malah cowok itu terseyum ketika Netta sama sekali tidak menangis kali ini. Karena perempuan adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling kuat. Maka dari itu Ken tidak suka melihat perempuan menangis.

Coba tukar jiwa? Sanggupkah Ken merasakan apa yang Netta rasakan? Posisi dibalik, Netta masih bisa terseyum meski terlalu pahit, tapi jika Ken. Mungkin saja cowok itu akan melakukan hal diluar nalar.

Kamu tidak akan pernah mengerti, Sampei tiba saat-nya kamu merasakan apa yang aku alami sekarang.

Senyum yang dipaksakan membuat raut wajah Netta tidak semanis biasanya. "Oke, Netta terima kok. Buat Ken dari Netta, makasih ya. makasih udah jadi orang termanis yang pernah Netta kenal, makasih udah buat Netta merasa dilindungi, makasih selalu mendukung Netta dikondisi apapun, dan makasih untuk semua yang udah Ken lakuin buat Netta selama satu bulan ini. Ken adalah kenangan yang akan selalu membekas indah di catatan hidup Netta." Seperti hal-nya itu adalah salam perpisahan, Netta berusaha memberikan kesan baik.

Ken terkekeh. "Iya, sama-sama. Tapi gue gak suka ya sama ucapan Lo diakhir yang bilang kalau gue ini kenangan," ucap Ken mengulum senyumnya. Netta tidak pernah berubah dimatanya , Netta tetaplah cewek ter-manis.

Balasan Ken sedikit menimbulkan tanda tanya dibenak Netta. Toh kalau udah mantan kan, berati udah menjadi kenangan. Jika masih berstatus pacar wajar bilang calon masa depan. Ken memang suka nyeleneh.

"Kan bener, emang kalau bukan kenangan Netta harus nyebut apa?"

Buru-buru Ken mendekatkan bibirnya pada telinga Netta. "Seharusnya Lo bilang kalau gue ini adalah masa sekarang Lo yang bakal jadi masa depan Lo." Bisik Ken diselingi kekehan rendah, setelah itu kembali menjauhkan wajahnya.

Refleks Alis Netta terangkat sebelah. "Maksud Ken apa? Kan tadi baru aja kita putus? Klo putus itu berarti Ken udah bukan lagi calon masa depan Netta. Ken suka ngadi-ngadi deh." Protes Netta merasa apa yang diucapkan Ken salah. Lagian yang pacaran aja belum tentu jodoh, masa yang gak ada hubungan apa-apa bisa jodoh, bukan tidak mungkin tapi jarang.

"Apa sih yang gue gak bisa? Bikin Lo jatuh cinta sama gue aja bisa. Gini yah Netta yang lola-nya minta diterkam. Gue emang mutusin Lo, tapi setelah mutusin Lo gue mau kita balikan," ucap Ken sambil membenarkan posisi rambutnya yang sedikit berantakan. Dalam kondisi apapun bagi cowok rambut itu paling penting.

Netta semakin bingung dan tidak paham. "Apasih? Netta gak paham sama sekali." Rengek Netta lucu. Suer demi apapun, makin kesini ucapan Ken makin berbelit.

Baru sebentar Ken tidak bertemu Netta, ia melupakan bahwa mantan pacarnya itu sungguh lamban menerima koneksi. Tidak masalah, Kan sangat menyukai itu, meski rada susah menjelaskan secara terperinci.

Ken meraih tangan Netta, meletakkan-nya  diatas dada-nya. "Disini, gue sakit banget saat liat air mata lo jatuh karena gue. Gue benci sama diri gue sendiri saat gue gak bisa menghapus itu, malah gue makin memperparah. Mungkin yang Lo tau, gue udah gak peduli sama lo waktu itu, tapi percayalah derita Lo itu menyiksa buat gue." Ken mengutarakan apa yang ia rasakan Tempo lalu, tidak seperti yang terlihat, nyatanya rasa sakit Ken tertutup oleh ego-nya.

Possesive PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang