Possesive Psikopat #37

41.8K 4.2K 1.5K
                                    

°°°
Lo hanya berhak dimilikin Tuhan, ketika gue gak bisa milikin Lo.

°°°

"MUTUSIN GUE BERARTI NYAWA LO TARUHAN-NYA."

Pergerakan kaki Netta terhenti ketika ucapan tajam itu berdengung dari arah belakang. Netta berbalik, menampakkan Ken yang sudah berada tepat dihadapannya.

Netta meneguk air liurnya paksa, Ken terlihat mengerikan. Persis saat ia baru pertama kali bertemu cowok itu. Jantung Netta mendadak berhenti berdetak normal, saat Ken malah mengunci pintunya.

"Ke-kenapa dikunci," tanya Netta gemetar, ditambah Ken yang mulai bergerak maju. Refleks Netta memundurkan langkahnya.

Ken semakin memajukan langkahnya, sementara Netta terus mundur hingga punggungnya membentur tembok. Mata Ken berkilat tajam, mengunci pergerakan Netta dengan kedua tangannya.

"Lo lupa siapa gue?" Smirk Ken muncul, menampakkan sisi dirinya yang berbeda.

Sungguh, Netta terlalu takut untuk memandang Ken, cewek itu memilih memalingkan kepalanya. Sepertinya jiwa saiko cowok itu mulai muncul.

"JAWAB GUE? LO LUPA SIAPA GUE?" Bentak Ken menarik dagu Netta untuk kembali menatap-nya. "OKE! KALAU LO LUPA GUE INGETIN LAGI. GUE BUKAN COWOK NORMAL YANG BISA NAHAN RASA SAKIT. SEKALIPUN GUE SAYANG SAMA LO, BISA AJA GUE BAKAL TETAP LUKAIN LO. KARENA RASA SAKIT HARUS DIBALAS RASA SAKIT JUGA." Tajam dan menusuk Indra pendengaran Netta seperti terbakar. Suara Ken begitu menakutkan.

Netta membuka matanya, sedikit meringis ketika cengkraman tangan Ken yang begitu kuat pada dagunya. "Maksud Ken apa?" tanyanya.

Kekehan mengerikan keluar dari mulut Ken. "MAKSUD GUE ADALAH JIKA LO GAK BISA GUE MILIKIN LAGI. APA GUNANYA LO HIDUP?"

Badan Netta meremang hebat, ia tidak mau mati dengan cara seperti ini. Apalagi yang membunuh adalah cowok yang ia cintai. Netta menangis sesegukan, beberapa kali berharap seseorang bisa menolongnya.

Mata Netta berair, menguatkan matanya agar bisa menatap Ken. "Ken, gak boleh kek gini. Kan baru aja janji sama Netta, mau jadi pribadi yang lebih baik," ucap Netta memperingati. Berharap dengan itu Ken menyudahi aksi gilanya ini.

Cih. "PRIBADI YANG BAIK GIMANA MAKSUD LO? GUE GAK BISA! GIMANA BISA COBA DISAAT ORANG YANG PALING GUE HAREPIN BISA MEMBIMBING GUE MALAH NINGGALIN GUE GITU AJA. LO PUNYA OTAK BAWA MIKIR! LO BUKAN MEMPERBAIKI GUE TAPI MALAH NGERUSAK GUE!" Hardik Ken semakin erat mencengkram pipi Netta. Bahkan sudah ada goresan dipipi cewek itu.

"Tapi kan kita masih bisa jadi sahabat," bela Netta pada dirinya sendiri.

Ken terseyum sinis, sahabat seperti apa yang dimaksud Netta. Ia tidak menginginkan itu, Ken ingin menjadi pasangan Netta. Jika itu tidak bisa, mau tidak mau Ken harus melenyapkan Netta dengan tangannya sendiri. Karena Ken tidak sanggup jika melihat Netta harus bersanding dengan orang lain. Netta harus bahagia hanya bersamanya. Egois, itulah Ken.

"SAHABAT? NO! GUE MAU JADI SATU SATUNYA ALASAN LO BAHAGIA. SEANDAINYA ITU GAK BISA. TERPAKSA LO HARUS GUE KIRIM CEPET BERTEMU TUHAN. GUE GAK SANGGUP LIAT LO SAMA ORANG LAIN. ITU SAMA AJA LO NGEBUNUH GUE. GAK! GAK BOLEH TERJADI,"

Ketakutan Netta semakin bertambah. Ken sepertinya tidak main-main, sungguh Netta takut umurnya berakhir hari ini. Setelah mengatakan hal semenyeramkan itu, Ken melepas tangannya yang mengunci pergerakan tangan Netta. Berganti dengan memegang pergelangan cewek itu sadis.

Possesive PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang