5 tahun bertahan.

1.5K 193 63
                                    

Hai? Coba tebak siapa...

***

"apa yang kamu lakukan jika aku pergi?"

"menunggumu kembali."

Kilas balik yang menyedihkan selalu saja terputar di mimpiku setiap malam. Sudah menginjak malam ke 1920,  tetapi selalu saja terputar di kepalaku setiap malam.

Benar juga, Aku yang memang tidak berniat melupakan itu. Aku juga selalu berjanji akan selalu menunggunya sampai kapanpun.

Biarkan aku sedikit bercerita, kisahku dengannya.

Kegiatan kesukaanku itu, saat Ia bersama teman se timnya sedang berlatih voli di gymnasium. Aku sebagai pacar yang berbaik hati, menunggunya latihan. Melihatnya berlatih adalah kegiatan kesukaanku.

Bola di spike melewati blocker, ku teriakkan namanya sebagai pendukung. Ia menoleh ke arahku dan tersenyum. Senyumannya begitu candu, pipiku sampai memerah merona.

Saat kami berkencan, ia yang selalu memesan banyak makanan. Dia lebih menyukai kencan di pinggir kota atau tempat festival karena menyukai jajanan jajanan ringan.

"[name] kita lomba lari. kalau aku menang kau harus membelikanku makanan. kalau aku kalah, aku aku gendong kamu hingga pulang kerumah," ucapnya bersemangat sambil menunjuk kedai ramen, tempat finish untuk perlombaan kita.

"kau gila?! Ayo siapa takut!" ucapku menantang.

Kami mengambil posisi. Pada hitungan ketiga, aku berlari sekuat tenaga, tapi tetap saja ia di depanku. Memang sedari awal pertandingan ini tidak seimbang. Aku yang hanya pemalas harus berlomba lari dengannya seorang atlit voli.

"yeay aku menang! Bayarkan ramenku nanti, ayo masuk." ucapnya menarikku masuk ke kedai ramen itu.

Lalu pada hari itu, mungkin adalah patah hati terbesarku. Tidak, ia tidak berselingkuh atau apapun. Ia pergi tanpa pamit. Tapi aku ingat sehari sebelum kepergiannya, saat kami bergandeng tangan sepanjang pulang sekolah, ucapan itu hingga sekarang menghantuiku.

"[name] aku ingin bertanya," ucapnya sambil mengeratkan genggaman itu. Bahkan aku bisa merasakannya hingga kini.

"tanya apa?"

"apa yang kamu lakukan jika aku pergi?" tanyanya.

"apa lagi? Ya menunggumu kembali." jawabku. Tatapannya sendu menatapku, aku ingat sekali tatapan itu hingga sekarang.

"jangan menungguku. Kalau menurut film yang pernah aku tonton, rindu itu berat jadi jangan menunggu," ucapnya sambil terkekeh pelan.

"tontonanmu menjijikan." menjijikan, tapi aku rindu ketika kamu bercerita tentang film yang kau tonton.

Keesokkannya, di depan rumahku terdapat pesan serta gantungan kunci berliontin bulan sabit yang sederhana namun indah. Saat aku membacanya, aku menangis sejadi jadinya di depan rumah.

Kira kira begini isinya;

Maaf meninggalkanmu.

Jangan menungguku, kumohon. Aku menyayangimu, jadi jangan tunggu aku ya, sayang? Ini gantungan kunci untukmu, aku membuatnya sendiri. Jaga ini ya, aku pergi.

Surat itu masih kusimpan hingga sekarang, gantungan kuncinya juga tersimpan rapi di kotak kecil dalam laci mejaku.

Ah... Aku menangis lagi. Aku tidak boleh menangis, nanti aku harus pergi ke acara perusahaan.

Tapi, aku tidak bisa apa apa selain menangis sambil memeluk kertas yang menguning itu.

***

"[name]!"

"wah?! Kau sudah menjadi kepala divisi selamat atas kenaikan jabatanmu!" lanjutnya, ini teman setim sekaligus teman semasa SMAku di perusahaan. Namanya Aleara.

"terimakasih, kau juga sekarang menjadi penanggung jawab tim junior, selamat juga untukmu!" ucaoku menyelamatinya.

"kita harus merayakannya, ayo makan makan! Aku yang traktir!" ucapnya, "omong omong matamu sembab, kau sebelum kesini pasti menangis?!" lanjutnya menunjuk mataku yang sedikit bengkak.

"...ya begitulah."

"[name] mau sampai kapan?" tanyanya. Aku mengerti maksudnya, tapi aku tidak bisa menjawab.

"ah! Sudahlah ayo kita rayakan saja, lupakan masalah itu sementara!" ucapnya sambil menarikku.

Kami berjalan keluar kantor menuju restoran tradisional yang berada tak jauh dari kantor. Restoran itu langganan kami.

Memasuki restoran, tidak terlalu banyak krang tetapi cukup ramai. Mungkin karena jam istirahat, atau jamnya makan siang maka menjadi ramai.

Aku dan Aleara buru buru menghampiri meja biasa kami, tanpa sadar menyenggol seseorang.

"maafkan aku." ucapku sembari membungkukkan diri meminta maaf.

"tidak apa apa. Angkat kepalamu." ucap laki laki itu.

Aku kembali menegakkan tubuhku, suara laki laki itu tidaj asing. Dan ketika mataku menelisik wajahnya, mataku membola setelahnya.

"Osamu? Ini kamu?!"  Aleara disampingku juga terkejut.

Itu dia, benar. Orang yang selama ini ku tunggu. Orang yang pergi 5 tahun lalu yang hanya meninggalkan sebuah gantungan kunci dan surat. Itu dia. Osamu Miya.

"[name]?!" ucapnya terkejut.

Tanpa sadar, air mataku turun dengan deras. Osamu menarik tanganku untuk keluar restoran, membawaku ke pelukannya. Pelukkannya tetap sama, hangat.

"maafkan aku. Setelah ini aku tidak akan pergi lagi, aku janji."

Aku memeluknya erat, menumpahkan rinduku dalam pelukan itu. Tuhan terimakasih telah mengizinkan ku bertemu dengan Osamu.

***

Bagaimana??? 🤓

Aku lagi pengen buat sudut pandang satu orang. Maaf kalau gak suka ya.

Untuk request masih bisa! Disini ya!

oke babay. See you.

Sugarhmhm

imagine | Haikyuu!!Where stories live. Discover now