neko

637 121 93
                                    

Kucing. Hewan kesukaan seorang [name]. Saking sukanya dengan kucing, rumahnya penuh dengan kucing kucing liar yang ia rawat. Banyak sekali, melebihi penguni rumahnya.

[name] sudah menginjak semester 1 kelas 3. Kelas 3 yang katanya neraka murid, tapi bagi [name] di kelas 3 ini ia malah merasa tidak seperti di neraka.

Pagi itu, seperti biasanya. [name] berangkat sekolahnya dengan berjalan kaki. Walau melelahkan tapi ia menyukai udara di pagi hari, terasa sejuk dan tenang. Tanpa ada gangguan gangguan dari apapun. Kakinya dengan riang melangkah sesekali juga ia bersiul senang.

Suara burung berkicau seakan akan menyapa dirinya. Tak jarang ia berhenti hanya untuk sekedar mengelus kucing atau memberinya makan. Yang pasti [name] selalu sedia makanan kucing kapanpun di manapun.

Langkahnya terhenti ketika melihat sosok laki laki di depannya yang asik mengelus bulu kucing. Surai putih yang melambai karena di sapa oleh angin, senyuman kecil yang terpatri di wajah tampannya itu dan tangan yang mengelus kucing.

[name] terdiam kagum memandangi pemandangan di depan. Jarang sekali ada laki laki yang rela berhenti demi bermain dengan kucing. Dengan perasaan senang, [name] langsung mengeluarkan makanan kucing dan menuju laki laki itu.

"wah kucingnya lucu sekali," ucap [name] juga mulai mengelus kucing hitam tersebut.

"eh?"

"oh hai! Kau menyukai kucing?" sapa [name] sambil bertanya dengan nada riangnya.

"ya, mereka lucu," jawab laki laki itu. Di lihat dari seragamnya, sepertinya ia satu sekolah dengan [name].

"eh? Sepertinya kita satu sekolah ya? Tapi aku belum pernah melihatmu," ucap [name] lagi.

"kita satu angkatan, [Name]," ucap laki laki itu.

"lho?! Kau mengetahui namaku?! Maaf tapi aku tidak mengetahuimu," ucap [name] sedikit dengan nada sedih. Kurang ajar sekali rasanya jika orang mengetahui dirinya, tapi ia tidak mengetahui orang itu.

Iris putih sipit itu menatap tajam kearah [name]. Walau niatnya tidak begitu, tapi dari tatapan saja sudah sangat keren menurut [name], "aku Nekomata. Nekomata yasufumi."

"wah Nekomata?! Terakhir bertemu saat kelas 2 SMP lho! Aku bahkan tidak tahu kalau satu sekolah denganmu lagi!" ucap [name] sedikit terkejut, setelahnya ia menyengir merasa bersalah tidak mengetahui keadaan Nekomata.

"wah benar benar. Kau sudah melupakanku?" ucap Nekomata berpura pura kecewa, padahal ia senang ketika [name] mengingatnya.

"bukan begitu! Kau tahu sendiri, di desaku tidak ada telepon umum. Kalau mengirim pesanpun mahal, sulit untuk menghubungimu," ucap [name] mencari alasan.

"haha, bercanda. Aku maklumi, toh memang kamu pelupa."

"h-hei!"

Mereka tertawa bersama mengingat kembali keakraban mereka ketika SMP. Menginjak SMA, [name] dibuat pangling oleh Nekomata yag berhasil tumbuh menjadi remaja laki laki yang tampan. Sedangkan ia, hanya remaja perempuan tanggung yang mengabdikan dirinya kepada sawah sawahan.

Selesai memberi makan kucing, mereka melanjutkan jalannya menuju sekolah. Beruntung berangkat pagi, jadi ketika sampai di sekolah masih terlihat lumayan sepi. Hanya ada beberapa murid yang memang berniat , berangkat pagi.

***

"[name]" suara khas laki laki terdengar melalui gendang telinga [name]. Ia menolehkan kepalanya ke sumber suara. Terdapat Nekomata yang melambaikan tangannya sambil menggerakan gestur untuk mendekat. Tanpa berpikir panjang [name] segera menghampiri Nekomata.

semenjak pertemuan mereka saat itu, hubungan mereka semakit akrab dibanding saat SMP dulu. Salah satu buktinya adalah, sekarang [name] menjadi tutor sastra jepang pribadi seorang Nekomata.

"bagaimana? Quiz yang aku berikan kemarin sudah kamu kerjakan?" tanya [name] sambil mendudukan dirinya di samping Nekomata. Mereka berada di salah satu taman yang berada disekolah. Biasanya murid murid mengunjungi taman ini saat istirahat.

"hei, aku mengajakmu kesini bukan untuk membahas quiz itu," ucap Nekomata sedikit sebal.

"bercanda, pasti kau mengajakku kesini untuk menikmati kerindangan di bawah pohon ini bukan?"

"tidak juga. Aku tadi melihat kucing lucu, makanya ketika melihatmu lewat aku spontan memanggilmu eh malah kucingnya pergi," jelas Nekomata.

"aduh kenapa tidak kamu pegang supaya tidak pergi?" Tanya [name] sedikit menyesal.

"malas."

"dasar pemalas," hardik [name], "omong omong, kau berhenti voli?" lanjut [name] mengalihkan topik.

"sudah kelas 3, ingin lanjut ujian saja. Lagipula aku sudah tidak terlalu peduli dengan posisiku di voli. Aku malah ingin menjadi pelatih," ucap Nekomata.

"wah pelatih. Terdengar keren! Kalau begitu aku akan mendukungmu kapanpun!" ucap [name] sambil tersenyum tulus. Senyum yang sedari dulu Nekomata sukai, senyum polos dan indah itu.

Nekomata mengulurkan tangannya dan mengusap lembut surai hitam panjang milik [name], "kalau begitu, terus bersamaku hingga aku jadi pelatih ya?"

"tenang saja, coach! Hehehe."

***

"WAH CANTIK SEKALI?! FOTO SIAPA?!"

"kudengar itu foto istri Nekomata-sensei saat masih muda."

"wah benar! Seragam SMA Nekoma Zaman dulu begitu ternyata. KAWAII!"

***

HAHAHAHAHAHAAH

Nekomata sensei saat muda adalah kelemahanku.

sepertinya setelah ini aku bakal jarang update karena fokus ke projectku. Hehehehe, maaf ya.

sugarhmhm

imagine | Haikyuu!!Where stories live. Discover now