Hujan.

1.2K 179 55
                                    

Hai, jangan lupa vote and comment ya.

***

Rinai hujan malam ini terasa dingin. Aku jadi ingat saat itu. Saat aku dan kamu terjebak dalam hujan. Konyol memang, tapi tahukah kamu? aku jatuh cinta pada pandang pertama.

Bulir air yang menetes dari langit membasahi tanah dan juga dirimu saat itu. Rambut hitam kelam itu terlihat bersinar karena terkena pantulan lampu jalan. Kamu seperti tidak berniat berteduh.

"hey kalau kau tidak berteduh, kau tidak bisa main voli karena sakit lho!" teriakku. Ah benar, aku mengenalnya. Atlit voli timnas Jepang, si setter muda, Kageyama Tobio.

ia menatapku datar, dan berjalan kearahku. Pakaiannya sudah basah kuyub, juga dengan bola voli yang setia ia pegang.

"kau memang tidak takut sakit ya? Kalau sakit kau tidak bisa bermain voli lho," ucapku mencoba mengakrabkan diri.

"tidak." jawabnya datar. Suaranya sedikit bergetar karena suhu yang memang dingin.

"kau kedinginan." ucapku

"tidak."

"iya."

"tidak."

"iya." saatku alihkan pandanganku wajahnya, ia terlihat sedikit geram kepadaku. Aku terkekeh pelan.

"kau tidak ke asrama?" tanyaku.

"kau tahu dari mana aku tinggal di asrama?" tanyanya kembali. oh please, dia polos sekali.

"kau itu Kageyama Tobiokan?" ia mengangguk pelan, "setter muda dari timnas voli Jepang. Aku tahu itu." lanjutku.

"aku ingin pulang kerumahku," ucapnya.

"lalu? Kau malah hujan hujanan. Di malam hari yang dingin," kataku sembari memainkan tasku.

"tidak tahu, hanya ingin."

Ia menarik sekali. Sangat polos.

"rumahmu masih jauh?" tanyaku, ia menjawab dengan anggukan. Rambut basahnya menjatuhkan bulir air saat ia mengangguk.

"rumahku dekat sini, sebaiknya kau ganti baju dulu. Tenang saja aku ada baju laki laki milik kakak sepupuku," ucapku berniat menolong.

"apa boleh?" tanyanya sembari memiringkan kepala. Oh gosh, dia imut sekali. Pipiku sedikit panas, mungkin rona merah tercetak samar di pipiku.

"b-boleh, ini kebetulan aku bawa dua payung. Pakai ini," ucapku memberikan payung, "ikuti aku!" lanjutku riang.

Beruntung hujan sudah tidak terlalu lebat, tapi tetap saja deras. Kami jalan seiringan sembari di isi dengan obrolan ringan. Ya walaupun aku yang memulai, karena ia sangat pendiam.

Wajahnya sedikit pucat karena kedinginan, tangannya yang memegang payung gemetar. Cuaca berbaik hati sedikit, ia terlihat sangat kedinginan.

Sesampai di rumahku, Aku segera mengambil handuk dan sepasang pakaian untuknya. Selagi ia berganti pakaian, Aku membuat sup miso untuknya dan diriku bertujuan untuk menghangatkan diri.

Ia jika di lapangan berbanding balik dengannya sekarang. Lihat sekarang, ia memakan sup misoku dengan lahap dan pipi mengembung penuh makanan. Lucu sekali.

Bahkan Aku baru tahu, ia lebih muda 3 tahun daripada diriku. Pantas saja ia menggemaskan.

"bagaimana? Enak?" tanyaku menatapnya.

"enwak!" ucapnya tidak jelas.

"baiklah, habiskan dulu. Daripada kamu tersedak nanti," sedetik setelahnya ia terbatuk batuk. Aku buru buru menuang air mineral ke gelasnya dan menyodorkan untuk di minum.

"terimakasih," ucapnya menghela nafas lega.

"makan pelan pelan makanya." ucapku memperingati.

Suasana kembali sunyi, aku sudah selesai dengan sup miso serta nasiku. Aku membereskan bekasku dan menuju westafel menaruhnya sembarang, nanti saja mencucinya. Ada tamu yang sangat menggemaskan disini.

Tak berapa lama, ia melahap suapan terakhirnya dan meneguk air mineral.

"terimakasih atas makanannya. Maaf merepotkan," ucapnya sembari membungkuk pelan.

"tidak apa apa, jarang sekali ada atlit terkenal mengunjungi rumahku. Sebentar aku rapihi dulu," ucapku hendak mengambil nampan dan piring piring bekasnya makan.

"b-biar aku saja," ucapnya. Pipinya merah, ah lucunya.

"eh? Baiklah."

Dia segera membawa piring bekas dan sisa piring lainnya ke westafel. Ku dengar suara keran mengalir, sepertinya ia mencuci semua piring.

Selang beberapa menit, ia kembali ke tempatku.

"padahal kalau tidak di cuci tidak apa lho," ucapku santai.

"aku takut merepotkan," ucapnya gugup.

Tanganku terulur, kakiku berjinjit untuk menyamai tinggi dan tanganku mengelus kepalanya pelan. Halus sekali, "kau lucu sekali."

Sepertinya ada ledakan di wajahnya. Merah sekali.

"t-tidak!"

"hahaha." tawaku, ku lihat kearah jendela yang terbuka sedikit, hujan makin lebat. Bahayakah kalau ia pulang ini?

"hujan makin deras, kau ingin pulang?" tanyaku, "kalau kau ingin menginap, aku masih ada satu kamar. Biarku siapkan," lanjutku.

"tidak usah! Aku akan menelfon kakakku untuk menjemput kesini. Temlat kerjanya tidak jauh dari sini," ucapnya sambil menahan tanganku.

"eh? Baiklah."

Waktu dihabiskan untuk mengobrol. Ia menceritakan pengalamannya menjadi atlit voli. Katanya, minggu depan ia akan melawan rivalnya sejak SMA. Kalau tidak salah namanya Hinata shoya? Aku tidak terlalu serius mendengarnya. Aku hanya fokus pada wajahnya yang terlihat bersemangat saat bercerita mengenai voli.

Bel rumahku berbunyi, ternyata kakaknya menjemput. Ia segera merapikan barangnya dan memberiku secarik kertas.

Berpamitan denganku setelah itu pergi menaiki mobil kakaknya.

Kulihat secarik kertas itu, aku tertawa pelan dengan pipiku merah setelahnya.

Kak [name], terimakasih.
Tonton aku minggu depan ya, aku ingin menyampaikan sesuatu.
Terimakasih atas bantuannya.

Lucunya.

***

Tobio, softboy periodt:(((

Aku selama nulis ni gemas sendiri pls.

Tadinya mau dibikin angst, tapi ga tega hikd.

See you

Sugarhmhm

imagine | Haikyuu!!Where stories live. Discover now