tidak menyerah

532 105 38
                                    

Untuk kesekian kalinya. Untuk kesekian kalinya [name] gagal mendapatkan pekerjaan. Di umur yang menginjak 25 tahun mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Padahal dulu pekerjaan miliknya sudah bagus tetapi karena salah satu rekan kerjanya yang iri dengan kinerja [name], ia terjebak dalam permainan rekan kerjanya itu hingga di keluarkan.

Sore hari yang biasanya berwarna orange, kini berwarna kelabu seakan akan hujan akan turun deras. Sialnya lagi, [name] tidak membawa payungnya. Ia tidak masalah jika badannya basah, hanya saja jika dokumennya basah itu menjadi masalah.

Rintik rintik mulai jatuh, [name] membelokkan diri ke supermarket terdekat untuk berteduh, sekalian membeli semangkuk ramen dan satu buah osis serta minuman hangat mengisi perutnya yang kosong sejak tadi siang karena tidak sempat terisi karena terlalu gugup dengan interview kerjanya.

"selamat datang," sapaan dari kasir masuk indra pendengaran [name]. Ia tersenyum kecil ke penjaga kasir dan langsung ke rak bagian ramen dan sosis serta minuman. Setidaknya uang bulanan masih cukup untuk makan sehari hari hingga ia dapat kerjaan.

Selesai memilih barang yang diperlukan, [name] langsung menuju ke meja kasir, meminta ramennya diseduh dan membayar semua makanannya.

"segitu saja? Totalnya 1256 yen, ada kartu membernya?" tanya sang kasir. [name] menggeleng pelan dan menyerahkan uang total 2000 yen kepada sang kasir. Sang kasir menerima dengan senang hati dan mulai menghitung kembaliannya.

"kembaliannya 744 yen, terimakasih!" ucap sang kasir sambil menyerahkan kembalian dan sumpit untuk [name] menyantap ramen.

Untung saja supermarket yang [name] kunjungi, memiliki tempat teduh yang besar jadi ia mendudukan diri di kursi yang tersedia dan melahap ramennya dengan tenang. Di temani lantunan lagu di airpods miliknya.

Saat sedang asik memakan ramennya, tiba tiba saja kursi kosong depan [name] di duduki oleh laki laki yang sedikit basah kuyub dengan tas gitar di punggungnya. [name] menelisik wajahnya, merasa tidak asing dengan wajah laki laki di depannya.

"...Semi Eita, ya?" gumam [name].

"eh? Kau tahu namaku?"

"ah benar. Ternyata kau," ucap [name]. Semi Eita, teman semasa SMA dulu. Teman seangkatan, setidaknya ia tahu Semi Eita, walau mungkin Semi Eita tidak mengetahuinya.

"maaf. Tapi sepertinya aku pernah bertemu denganmu, sepertinya ya?" ucap Semi dengan ragu.

"ya. Kita pernah berpapasan beberapa kali saat di sekolah dulu," ucap [name].

"ah benar! Kau [name] dari kelas 3 - 3 kan? Sekelas dengan Tendou juga Ushijima," ucap Semi sedikit bersemangat. [name] mengangguk pelan dan melanjutkan memakan ramennya.

Suasana sedikit canggung, karena mereka memang tidak akrab. Tapi, setidaknya tidak secanggung jika hanya [name] yang mengenal Semi.

Bukannya mereda, hujan tambah lebat. Membuat suara gemuruh di platform supermarket. [name] selesai menyantap ramennya, menatap laki laki di depannya, sedikit penasaran kenapa laki laki itu membawa gitar.

"...kau...kenapa membawa gitar?" tanya [name].

"ah ini. Aku baru selesai rekaman album keduaku," jawab Semi.

"..al-album kedua? Kau penyanyi? Kukira kau mengikuti jejak Ushijima yang melanjutkan voli ke timnas," ucap [name] sedikit terkejut. Didepannya itu penyanyi. Salahkan dirinya yang terlalu mementingkan pekerjaan hingga tak sempat memantau para penyanyi berbakat.

"ya begitulah. Lagian saat SMA dulu aku hanya senang bermain voli, tidak ada niat sampai ikut timnas seperti Ushijima. Dan jadilah sekarang," ucap Semi, "kalau kau? Kerja apa?" lanjutnya.

"...lamaran kerjaku baru saja di tolak," jawab [name] sedikit di beri jeda saat menjawab pertanyaan dari Semi.

Semi terkejut mendengarnya, merasa bersalah seharusnya tidak menanyakan itu, "ah maafkan aku. Aku tidak tahu," ucapnya mengucap maaf.

"tidak masalah. Setidaknya kau ini penyanyi terkenal, jadi aku memaafkanmu, haha," ucap [name] tertawa pelan.

"boleh aku bertanya, kau mencari kerja seperti apa?"

"eh? Aku mencari kerja di bidang hiburan si. Tapi, banyak agensi yang menolakku karena tidak memenuhi kriteria mereka," jawab [name].

"kebetulan! Agensiku sedang mencari manajer untuk bandku, kau bisa mendaftarkan diri! Gajinya lumayan lho!" ucap Semi. [name] membolakan iris hitamnya, tidak percaya dengan apa yang di ucapkan Semi.

"k-kau serius? Tidak berbohong?"

"mana mungkin aku berbohong masalah serius seperti ini," jawab Semi, "begini saja. Aku beri nomor teleponku, besok kau datangi agensi, akanku bantu berbicara kepada pak Direktur," ucap Semi memberi kartu pengenalannya yang berisi nomor agensi dan nomor pribadinya.

"eh? Terimakasih Semi. Terimakasih atas bantuannya," ucap [name] berterimakasih. Semi tersenyum, "tak masalah."

"ah mobilnya sudah datang. Aku duluan ya, Manajer? Hehe!" ucap Semi meninggalkan [name] dengan rona merah di wajahnya karena malu di panggil oleh sebutan itu. Jelas jelas [name] belum tentu di terima.

Siang tadi ia merasa menjadi orang yang paling sial, tapi sore ini [name] berpikir bahwa ia menjadi oeang yang paling beruntung.

Tidak sengaja reuni dengan kawan saat SMA yang ternyaya sekarang menjadi penyanyi terkenal, danmendapat tawaran pekerjaan yang lumayan dibanding kerjaannya dahulu.

Ia beruntung untuk tidak menyerah.

---

Di ketik sembari mendengarkan playlist 'Menjadi anak Indie bersama Semi Eita'. Membuat perasaan tenang walau diluar sana sedang hujan lebat.

Ditemani rintik hujan lebat dan playlist, di sore hari yang aeharusnya berwarna orange bukan kelabu.

Dengan ini, saya mengkonfirmasi bahwa saya jatuh hati kepada Semi Eita. Sekian.

Sugarhmhm.

imagine | Haikyuu!!Where stories live. Discover now