home

516 97 14
                                    

Rumah.

Mungkin bagi sebagian orang rumah adalah suatu bangunan untuk menghindari dari sinar terik dan rintik hujan. Sebagai tempat perlindungan. Dan bagi beberapa orang rumah bukan yang berbentuk bangun berpondasi semen dan batu bata. Melainkan tempatmu berpulang yang menerima dirimu apa adanya.

---

Aku kembali kepada kota lama yang sudah cukup lama aku tinggalkan. Kota penuh memori memori manis maupun pahit. Rasanya sedikit sesak ketika mengingat memori memori pahit yang ada di kota ini.

Jalan yang Aku lalui terlihat lenggang tapi tidak juga sepi. Sebelah kiri jalan, sedari dulu selalu dipenuhi toko oleh oleh maupun makanan dan pakaian. Ah, rasanya rindu sekali mengingat sudah sekitar 5 tahun aku meninggalkan kota ini. Kota yang indah tapi membuat kenangan sangat buruk saat.

Aku menampar pelan pipiku sendiri ketika mengingat kenangan itu. Orang orang disekitarku melihatku dengan tatapan aneh. Aku tidak mempedulikannya dan lanjut menarik koperku menuju rumahku yang tidak jauh dari alun alun kota.

Dengan di temani lagu yang mengalun di airpod milikku, aku melangkahkan kaki dengan senang. Tak berapa lama, aku sampai di rumah yang cukup besar yang memiliki pagar kayu jati yang diukir dengan ukiran tradisional.

Tanpa aba aba, aku segera membuka pagar itu. Lumayan berat, karena kayunya yang memang tebal. Dan langsung menuju pintu utama rumah besar itu. Lebih tepatnya rumah orang tuaku.

"astaga, Nduk... Kalau pulang mbok yo kabar kabar ibu atau bapak," suara halus itu melantun ketika melihatku. Aku tersenyum menyambut ucapannya.

"kejutan Bu. Hehe," jawabku.

"kamu tuh ya, udah gak pulang 5 tahun. Sekalinya pulang bikin Ibu kaget," ucap Ibu dengan logat medoknya sambil menepuk pundakku pelan, "kan kalau ngabarin, Ibu bisa nyuruh bapak jemput kamu," lanjut Ibu sambil menarik koperku.

Aku dan Ibu langsung masuk ke dalam rumah. Tidak ada yang berubah. Tetap sama. Hangat dan nyaman. Ibu dan Bapak yang memang sangat menghormati tradisi dalam keluarga. Rumah bernuansa tradisional salah satunya.

"kamu istirahat aja dulu, Nduk. Ibu bawain makanan nanti ke kamarmu," ucap Ibu menyuruhku istirahat dikamar. Apa kabar kamarku sekarang ya...

"oh iya. Ibu cerita sedikit. Semenjak kamu pergi, dia selalu dateng ke rumah, Nduk. Ngasih amplop surat. Suratnya ada di meja belajarmu, di kamar," ucap Ibu melanjutkan. Ah benar. Selama aku disini, aku akan berusaha untuk menghindarinya bagaimanapun caranya.

"...gitu ya Bu. Yaudah Aku istirahat dulu," aku mengambil koper yang berada di pegangan ibu dan mengangkatnya pelan pelan sambil menaiki tangga. Terkadang aku menyesal telah memilih kamar di lantai dua. Berat sekali.

---

Benar ucapan Ibu. Di meja belajarku ada dua kotak bening yang berisi banyak amplop. Berapa kali dalam sebulan amplop ini datang?

Aku mendudukan diri di depan meja belajarku dan mulai mengambil amplop yang kertasnya terlihat tua, mungkin termakan tahun.

Di amplop coklat tersebut tertulis judul dan namanya. Sepertinya aku dapat menebak apa yang ada dalam surat surat tersebut.

Hallo. Sudah seminggu kamu pergi.

Aku benar benar menyesal. Sangat.

Mungkin benar, kamu tidak akan pernah memaafkanku setelah kejadian seminggu yang lalu. Tapi, dalam lubuk hatiku aku benar benar minta maaf.

Huruf demi hurufku baca satu persatu. Membuat memori kembali lagi dan lagi. Membuat sesak di dada dan rasa rindu yang tertahan ego.

Hai apa kabar? Sudah 2 tahun lamanya kau pergi, dan aku belum bisa melupakanmu, maaf.

Karena kamu memblokir semua akun sosial mediaku, tak ada pilihan lain selain mengirimi surat ini kerumahmu. Maafkan aku.

Aku benar benar rindu.

2 tahun terasa lambat tanpamu. Tapi, aku sadar diri. Ini semua adalah murni kesalahanku.

Jaga dirimu baik baik di sana.

Aku juga rindu. Rindu akan kegiatan kegiatan indah yang sering kita lakukan dan sekarang hanya menjadi memori. Sangat menyedihkan, orang dalam hidupmu yang membuat kenangan bersama hanya akan menjadi memori.

Atsumu benar benar bodoh, ya [name]?

Atsumu merusak kepercayaan [name]. Atsumu yang membuat [name] bahagia dan Atsumu juga yang membuat [name] pergi. Atsumu yang menjadi alasan mengapa [name] pergi jauh dari kota ini. Padahal kota ini, kota kesukaan [name].

Sudah terhitung 4 tahun lamanya [name] pergi. Tapi, Atsumh masih tidak bisa memaafkan diri sendiri. Pasti sekarang [name] sedang tertawa senang dengan orang lain. Tidak masalah, pasti [name] lebih bahagia dibanding dengan Atsumu.

Atsumu tidak baik baik saja disini. Maaf.

Pertahananku pecah. Air mata mengalir dari mataku ketika mengingat kembali nama seseirsng yang pernah hadir dalam hidupku. Padahal aku tahu itu hanya karena kesalah pahaman, tapi kenapa rasanya menyakitkan. Sampai sampai membuatku menghindarinya.

Kota ini lagi lagi membuatku menangis layaknya bayi karena merindukan seseorang.

---

Aku kangen kalian 😍🤗

Sugarhmhm.

imagine | Haikyuu!!Where stories live. Discover now