Tali yang mengikat tubuh Alana langsung terlepas ketika Satya membukanya dengan kasar. Sejujurnya Alana sedikit kesal dengan perilaku Satya padanya. Namun perlu disyukuri––akhirnya Alana tidak terikat pada tali-tali itu dan mungkin juga tak akan tinggal di gudang kotor ini.
Satya dengan datar segera memberikan sebuah ransel berwarna merah kepada korbannya, dengan cara melemparkannya kepada Alana. Untung saja gadis itu dengan sigap segera mengambilnya walaupun kurang keseimbangannya.
Alana membukanya dan kebingungan karena disana banyak sekali pakaian wanita. "Kenapa kau memberikan ini padaku? Koperku bahkan ada disini, tetapi kau justru memberikan pakaian seperti ini!" Alana melemparkan tasnya hingga tas tersebut jatuh ke lantai yang sedikit kotor.
Satya seketika langsung menatap Alana datar––pria itu dengan tanpa ekspresi segera menghampiri Alana. Sontak Alana langsung dibuat ngeri oleh pria itu dan berjalan mundur perlahan-lahan ketika Satya mendekatinya.
Tatapan Satya yang membuat Alana sedikit takut. Namun pria itu terus mendekat ke arah korbannya tanpa melepaskan pandangannya, seolah-olah tak ada objek lain yang harus Satya pandang saat ini.
Alana sendiri terus berjalan mundur hingga punggungnya menyentuh tembok, dan ketika Alana berniat pergi lewat samping--kedua tangan Satya buru buru mencegahnya dengan menyimpan kedua telapak tangannya ditembok, matanya masih setia menatap wajah cantik Alana.
Alana menarik nafasnya secara perlahan lalu menghembuskan nya didepan wajah Satya yang semakin mendekatinya. Hingga Satya bisa merasakan deru nafasnya.
"Dengar Alana... Disini kau bukanlah seorang Princess, tetapi kau hanyalah seorang perempuan yang sedang--" Satya sengaja mengantungkan kalimatnya agar Alana penasaran.
"Sedang apa?" tanya Alana langsung dengan tatapan takut.
"Dengar... Ikuti semua peraturan ku, jangan sampai kau membangkangnya tentang hal kecil sekali pun."
"Memangnya kau siapa? Kenapa aku harus mengikuti semua peraturan mu?" cicit gadis itu.
Satya semakin mendekatkan diri dengan Alana bahkan tubuh mereka seolah sudah tak ada jaraknya sama sekali. "Aku ini penculik mu! Kau harus menuruti semua yang ku inginkan!" jelas Satya tak ingin di bantah.
"Jika aku membantah maka?" Alana bertanya lagi dengan nada sedikit menggoda penculik ini. Rupanya rasa takut pada penculik ini lenyap begitu saja kala menyadari ketampanan penculik yang satu ini.
Satya lagi-lagi semakin mendekatkan diri dengan Alana. Kali ini wajah mereka yang sangat-sangat dekat lalu Satya membisikan sesuatu ditelinga Alana. "Kau akan mendapatkan hukuman..." Suaranya terdengar sangat seksi.
"Hukuman se-macam apa?" tanya perempuan itu dengan wajah polos-nya.
"Lihat saja nanti, jadi intinya kau harus menuruti ku! Oke?" balas Satya agak me-lembut.
Tetapi Alana tidak merespon nya kali ini. Perempuan itu malah menatap Satya tanpa berkedip, mengagumi ketampanannya dan melupakan penculikan ini sesaat.
"KAU HARUS MENURUTI PERINTAH KU!" bentak Satya berhasil membuat Alana membuyarkan lamunannya dengan perasaan terkejut.
Satya semakin kesal karena Alana tidak merespon ucapannya dan malah menatapnya.
"Menuruti ku, oke?"
"I i iya...." jawab Alana dengan gugup lalu Satya memberikan pakaiannya.
"Ambil dan ikut aku," ucap Satya sambil menarik paksa tangan Alana dan membawanya ke kamar mandi yang tidak jauh dari ruangan itu.
"Ini handuknya, kau mandilah. Akan ku siap kan makan malam."
Alana lantas masuk ke dalam kamar mandi. Satya masih berdiam diri disana--seolah tak ada niatan untuk pergi. "Kenapa kau masih disana?" tanya Alana was was.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANA [Lengkap]
General Fiction[SANA seri 1] Diculik oleh pria tampan, seksi dan pemarah? Alana Adijaya tidak pernah menyangka jika dirinya akan menjadi korban penculikan. Ia selalu berpikir bahwa dirinya akan menjadi satu-satunya manusia yang aman, hanya pemeran utama lah yang...