37. Kemah

343 18 88
                                    

Semuanya sudah masuk ke dalam bus, terduduk berpasang-pasangan, Satya dengan Alana, Gilang dengan Metta, Arga dengan Kiran, dan Ardi dengan Sara.

Raka menggelengkan kepalanya heran "Lihat... Mereka terduduk berpasangan pasangan begitu." ujar Raka pada istrinya.

"Oh iya... Apakah Metta sudah sepenuhnya menerima ini semua? Jika Alana dengan Satya sudah memiliki hubungan?" bisik Raka pada Sofia.

Sofia membenarkan duduknya, "sepertinya udah, Metta juga sudah memperkenalkan Gilang pada kita tapi kok perasaan bunda, kayak gimana gitu." ujar Sofia, Dia merasa ada yang menganjal.

Raka mengernyit. "Gilang tidak baik maksudnya?"

Sofia menggeleng kepalanya. "Bukan.... Kau tau sendirikan, Metta itu sangat mencintai Satya dan mana mungkin dia bisa melupakan secepatnya itu? Aku hanya khawatir jika Metta malah membenci Alana." Inilah yang ditakutkan Sofia, Dia benar benar tidak ingin hal itu terjadi.

"Sudahlah.. Kau tidak usah khawatir, Metta sudah punya Gilang? Sudah..."

Sofia mengangguk walaupun perasaannya masih menganjal.

"Hal ini memang akan membuat Metta membenci Alana tapi... Jika kedua anak perempuanku tidak mendapatkan Satya, itu akan jauh lebih baik." batin Sofia dengan pandangan matanya terus menatap Satya dan Alana yang tengah tertawa bahagia.

Raka mengernyit. "Kenapa kau melihat Satya dan Alana seperti itu?"

"Aku hanya berpikir, bagaimana jika kita mencarikan Alana pria lain."

"Kau kenapa? Alana sudah memiliki kekasih!"

"Tapi kekasih Alana adalah seseorang yang sudah menyakiti kakaknya Alana, apakah aku akan membiarkan anak kita yang satu lagi menderita karena patah hati? Jika keduanya tidak mendapatkan Satya, maka itu jauh lebih baik!" jelas Sofia.
.
.
.
.
.

"Satya apaan sih ah..." ujar Alana sembari menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangannya, pasalnya Satya menunjukkan foto binatang yang Alana takuti.

Namun dengan kekeuhnya, Satya memperlihatkan foto itu. "Ini lihat dulu.... Lucu banget deh, kau harus melihatnya." ujar Satya yang malah semakin memperdekatkan ponselnya dengan Alana.

"Satya tidak mau! Aku mau nangis nih... BUNDA INI SATYANYA!"

Satya segera menyimpan ponselnya sebelum Sofia datang.

"Kenapa sayang?" tanya Sofia yang baru saja datang.

Alana segera menjauhkan dirinya dari Satya. "Bun... Lihat ini si Satya! Dia jahil sekali!" adu Alana manja.

Sofia menggeleng kepalanya heran. "Sudah sudah... Satya jangan jahil kepada Alana ya? Atau kalau masih kekeuh nanti Ibu akan pindahkan Alana duduk dengan Ardi atau Sara, atau Metta." ancam Sofia.

Satya tersenyum dengan menyempitkan matanya. "Biarkan Alana tetap bersamaku bu... Ya?" ujar Satya memohon.

Sofia menghela nafas berat. "Tapi dengar.... Ibu tidak akan membiarkan kalian berdua tetap bersama, untuk hari ini tidak apa apa."

Satya dan Alana mengernyit. "Apa maksudnya Bu?" kompak Satya dan Alana.

"Tidak... Maksud ibu nanti kalian pasti akan pisah tenda, begitu."

Alana tertawa pelan. "Bun.. Ya mana mungkin aku satu tenda sama Satya? Aku juga tidak mau."

Satya hanya mendengus sebal lalu kembali menatap Sofia. "Bu.. Kenapa ibu berpikir begitu? Aku dan Alana juga tau batasannya bu... Apa ibu curiga pada kami?" tanya Satya serius.

SANA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang