39. Pasar malam

304 15 74
                                    

Satya, Alana, Ardi dan Kiran tengah berjalan menuju tenda mereka namun Kiran menghentikan langkahnya membuat ketiga orang itu ikut menghentikan langkahnya.

"Kenapa Kiran? Kau baik baik saja kan?" tanya Alana langsung, Dia benar benar khawatir dengan keadaan Kiran sekarang.

"Bolehkah aku marah? Bolehkan aku menangis? Bolehkan aku kecewa? Bolehkah?" Tanya balik Kiran sambil menahan tangisnya, Alana yang melihat itu segera memeluk Kiran dan mengelus punggungnya.

"Kau boleh marah, menangis sepuasmu, luapkanlah sekarang..." ucap Alana.

Kiran membalas pelukan Alana dengan erat dan menangis dipelukan Alana. "Hiks... Aku ingin marah tapi bagaimana? Aku tidak boleh egoiskan?" Kiran melepaskan pelukannya lalu menatap Alana.

Alana mengangguk. "Kau tidak boleh egois... Kau harus tetap menjadi Kiran yang ku kenal, Kiran yang baik hati, cerewet dan ceria, ya?"

Kiran mengangguk sambil menghapus air matanya. "Baiklah... Aku akan menurutimu." ucap Kiran dengan sedikit senyuman.

"Sudahlah Kiran, masih banyak pria di dunia ini, kau tidak usah risau mengenai hal itu dan ingat lain kali, jika kau menemukan pria, kau harus tau dulu asal usulnya bagaimana..." ujar Ardi menasihati.

Alana tiba tiba teringat sesuatu, lantas segera menanyakan kepada Kiran. "Kau tau sejak kapan? Jika Sara pernah jadi yang spesial di kehidupan Arga?" tanya Alana.

"Aku tahu saat aku sudah menjadi kekasih Arga, beberapa hari setelah menjadi kekasihnya Arga..."

"Kau tahu dari mana?"

"Waktu itu aku tidak sengaja melihat akun instagram milik Arga, dan aku lihat siapa yang men-tag dia, dan ternyata itu Sara, ada beberapa foto Arga dan Sara disana, aku bingung lalu segera menanyakan pada Arga, awalnya Arga tidak ingin memberitahu tapi akhirnya dia memberitahu yang sebenarnya...."

"Makanya Ran... Itu harus jadikan kau pelajaran buat kau nanti, dan ketika kau menemukan pria yang tepat, kau harus memastikan, apakah dia cinta padamu atau tidak. Terkadang ucapan saja tidak cukup, jika dia benar benar mencintai orang itu."

Deg!

"Bisa jadi ucapan itu berbohong..."

Ucapan Ardi membuat Alana terdiam membeku, sedangkan Kiran hanya mengernyit bingung, tidak paham dengan apa yang Ardi katakan.

"Maksudnya? Bagaimana?"

"Misalnya, kau terpaksa harus menikah dengan pria yang tidak kau cintai, dan demi kebahagiaan pria itu.... Kau harus mengatakan 'aku mencintai mu' walau dalam lubuk hatimu, kau belum sepenuhnya mencintai pria itu...." jelas Ardi.

Kiran mengangguk paham. "Memangnya ada?"

"Pasti adalah..."

"Apakah perempuan itu tidak mencintai seseorang? Makanya dia mengatakan itu kepada pria yang tidak dia cintai itu?"

"Bisa jadi dia mencintai seseorang tetapi mungkin saja-- ah sudahlah..... Aku tidak ingin memikirkan hal itu, itu membuatku teringat seseorang."

"Siapa?"

Ardi menaiki kedua pundaknya seolah menjawab tak tahu.

Satya yang sedari tadi diam lantas segera menarik tangan Alana untuk segera pergi dari tempat itu.

"Satya tunggu yang lain." ucap Alana menghentikan langkahnya dan Satya.

"Tunggu yang lain? Untuk apa?" tanya Satya ngegas.

Alana mengerucutkan bibirnya. "Ya biar barenglah, apalagi?"

"Dengar--"

"Eh...." sela Alana dengan pandangan menatap ke arah lain, wajahnya pun terlihat semringah. "Ada pasar malam sayang, lihat itu." Alana menunjukkan jarinya pada arah yang terang, disana ada banyak lampu lampu warna warni dan juga permainan.

SANA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang