35. Pacaran

444 24 72
                                    

Alana terkesiap, Dia segera mengambil foto yang terpajang di dinding lalu memberikannya pada Satya.

Satya mengernyit. "Kenapa? Kenapa kau berikan padaku? Bukannya sudah bagus di simpan disana?" tanya Satya bingung.

Alana panik, Dia takut Gilang bertemu dengan Satya. "Mending sekarang kau masuk ke kamarku!" suruh Alana.

"Kenapa? Kita belum sah loh..." gurau Satya.

Alana melotot. "Cepet pokoknya masuk ke kamar, kunci pintunya!"

Satya tersenyum menyebalkan lalu menarik tangan Alana agar mengikutinya. "Ayo...."

Alana segera melepaskan genggaman tangannya Satya. "Apaan sih? Kau saja yang masuk! Aku mau keluar dulu, kau tidak boleh kelihatan oleh temanku, jika aku ketahuan membawa pria ke apartemen, bisa bahaya..."

"Bilang saja aku calon suamimu, hanya untuk menjemput, begitu saja..." enteng Satya.

Alana mengaruk kepalanya yang tak gatal. "Gini... Satya ini teman aku rada rada rese, jadi aku mohon, kau cepatlah masuk ke dalam kamar!" jelas Alana sembari mendorong tubuh Satya agar masuk ke dalam kamarnya.

"Iya iya..." Satya mengangguk pasrah.

Alana menutup pintu kamarnya lalu berjalan menuju pintu utama.

Ceklek

"Kenapa lama sekali?" tanya Gilang curiga, kakinya langsung melangkah masuk ke dalam apartemen milik Alana.

"Dari kamar mandi tadi..." jawab Alana.

Gilang menatap Alana penuh curiga. "Hmmmm... Pasti kau menyembunyikan sesuatu kan? Aku tau kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku..."

Alana menatap Gilang judes. "Sembunyikan apa? Kau ini kalau berbicara suka ngada ngada!" Alana menggelengkan kepalanya heran, "Lagipula, untuk apa kau kesini? Rindu padaku? Bukankah tadi sudah ketemu? Masih saja rindu!" lanjut Alana.

"Siapa yang rindu? Aku disini hanya ingin mengambil pesananku saja! Mana?"

Alana tak menjawab, Dia segera mengambil kembali keresek putih dan memberikannya pada Gilang.

"Yaudah sana..." usir Alana.

"Eh kok ngusir? Pasti kau menyembunyikan seseorang dariku kan?" tebak Gilang.

Alana terlihat gugup. "Ti ti tidak... Untuk apa aku menyembunyikan seseorang?"

Gilang yang melihat kegugupan Alana malah semakin curiga. "Pasti kau menyembunyikan seorang pria kan?"

"Pria apa? Sudahlah kau pergi saja!"

"Siapa pria nya? Apa jangan jangan dia pria yang sama, pria yang membuatmu di tuduh selingkuh? Benarkan?"

Alana melotot, bagaimana bisa, Gilang menebaknya dengan benar, entah apa yang harus di jawab Alana sekarang tapi yang Alana bisa sekarang hanyalah mengusir Gilang dengan mendorong tubuh Gilang keluar dari apartemennya.

"Bye Gilang, selamat bersenang-senang!" ujar Alana sebelum menutup pintunya kembali.

Gilang yang melihat ekspresi Alana hanya bisa mendengus sebal. "Aku yakin Alana menyembunyikan seseorang di dalam, dan orang itu pasti ada pria, pria yang disangka selingkuhan Alana, tapi jika benar, mengapa Alana membawa pria yang jelas jelas sudah membuatnya kehilangan Ardi, pertanyaan untuk apa? Apa jangan jangan Alana beneran selingkuh? Atau Alana malah menaruh hati pada si selingkuh itu?" gumam Gilang sembari melangkahkan kakinya menuju apartemennya.
.
.
.
.
.

SANA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang