10. Salah Tempat

785 46 48
                                    

Satya kembali ke tempat semula––tetapi gadis itu sudah menghilang. Jadi dia benar-benar kabur? Satya benar-benar kehilangan korbannya. Arga sendiri menepuk keningnya, ini seharusnya memang sesuai rencana––tapi pikirannya teralihkan dan tak ingin Alana kabur sekarang setelah mendapatkan ide lain.

Perasaan khawatir muncul di-dalam hatinya. Alana kabur pada malam hari, dijalan desa seperti ini tak ada angkutan umum. Yang ada malah beberapa pria brengsek yang sedang berkumpul.

"Alana kau membuatku khawatir saja!" batin Satya sambil memegang kepalanya frustrasi.

Satya dan Arga terus mencari Alana dibanyak-nya desakan orang-orang. Gadis ini bertubuh mungil, mungkin tak terlihat oleh mereka. Bahkan para penonton merasa terganggu dengan perbuatan kedua pria tersebut.

"Alana!"

"Alana kau dimana?!"

"Alana!"

"Alana!"

Teriakan itu tak mempengaruhi apa-apa karena suara musik yang lebih kencang.

Dalam situasi tersebut Arga menepuk pundak Satya. "Sepertinya Alana benar-benar kabur, dia mungkin pergi ke jalan raya?" Arga pura-pura tidak tahu yang sebenarnya.

Dari awal memang Arga lah yang memberikan saran agar Alana kabur ke jalan raya. Namun sekarang ia tak ingin Alana kabur, benar-benar tak ingin. Makanya pria itu memberikan saran ini pada Satya.

Bukan apa-apa. Tapi Arga sudah mendapatkan ide cemerlang untuk kasus Satya ini. Ia tak mau perjuangan Satya menculik Alana sia-sia saja.

Satya semakin dibuat panik. Apalagi di desa sebrang sana banyak sekali anak-anak geng motor yang sedang berkumpul. Itu akan sangat berbahaya baginya.

"Tapi mungkin saja Alana masih ada di sekitaran sini, soalnya disini banyak penonton." Satya tetap berharap Alana tak pernah lari darinya. Ia benar-benar tak rela jika sampai gadis itu pergi darinya. Bukan hanya rencananya saja yang gagal tetapi dirinya juga sudah mulai terbiasa akan kehadirannya.

Suara musik yang kencang itu tiba-tiba mati, tetapi masih terdengar suara Metta di-dalam pengeras suara. Satya tanpa berpikir panjang langsung berlari ke arah panggung dan merebut mikrofon tersebut.

"Alana... Kau dimana?" ucap Satya dalam pengeras suara.

Semuanya menatap Satya dengan wajah terkejut. Satya yang jarang berbicara, atau berkumpul-kumpul dengan warga lain kini muncul ke permukaan dan mencari gadis lain di depan tunangan-nya sendiri.

"Alana? Kau dimana?"

Metta masih tak percaya dengan apa yang ia lihat dan dengar sekarang. Ia melihat raut wajah khawatir yang menghiasi wajah Satya, air mata Metta hampir terjatuh ketika tunangan-nya menanyakan wanita lain dihadapannya dan banyak orang, sungguh ia merasa sangat dipermalukan.

Sofia dengan wajah marahnya langsung menghampiri manusia yang sudah dianggap sebagai putranya sendiri. "Alana siapa Satya? Apa sepupunya Arga yang itu? Kenapa kau menanyakannya di depan umum seperti ini?"

"Bunda... Dia pergi menghilang. Aku takut terjadi sesuatu padanya. Ini sudah malam bunda, bagaimana jika dia kenapa-kenapa?"

Sofia tak habis pikir dengan Satya sekarang. Ia pun memilih mengajaknya untuk turun dari panggung. "Kenapa kau se-khawatir ini padanya?! Kau sungguh-sungguh mencintainya?! Lagipula dia juga sudah dewasa kan? Apa kau sengaja menunjukkan pada semua orang bahwa kau selingkuh?!" kata Sofia marah besar, tetapi suaranya dibuat sekecil mungkin.

"Bunda tak mengerti--"

"Apa yang harus dimengerti?! Sebaiknya usir wanita itu dari sini!"

Satya menoleh ke-kanan dan ke-kiri tetapi Arga tak ditemukan. Ponselnya berdering, pesan dari Arga yang katanya; [Satya aku mencarinya ke jalan raya, kau cari Alana disekitaran desa.]

SANA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang