28. Penculik yang jatuh cinta

550 24 48
                                    

"Kau yakin Na?" tanya Zafar memastikan. Ia merasa aneh saja, bukankah Alana kemarin mengusir Satya dan memakinya? Tapi sekarang kenapa Alana mau jauh jauh pergi kesana hanya untuk kerja di tempat Satya, orang yang Alana sebut sebagai penculik.

Alana mengangguk, "Yakin lah kak, orang sudah sampai juga, itu rumahnya!" jawab Alana heran.

"Tapi kenapa kau mau kerja di rumahnya Satya? Bukannya--"

"Aku ingin kerja saja, bukankah kita harus bekerja sama dengan musuh?" sela Alana dengan ekspresi yakin.

Zafar menatap Alana tak percaya, sekarang dia paham kenapa Alana ingin bekerja dirumahnya Satya.

"Lana, jangan macam macam! Kau berniat kesini karena mau bales dendamkan sama Satya kan?" curiga Zafar.

Alana terdiam sejenak sebelum menjawabnya, "Kak," Alana menggeleng kepalanya, "Kakak juga akan melakukan itu kepada orang yang sudah membuat harapan kakak hancur!" lanjut Alana serius.

"Harapan apa Lana?" tegas Zafar.

"Kak... Aku udah dewasa! Aku seharusnya sekarang sudah hidup bahagia bersama orang yang ku cintai! Tapi gara gara Satya, semua harapanku hancur! Dia membuat Ardi memutuskan hubungannya denganku dan dia membuatku dipandang gila oleh orang orang! Bahkan Ayah? Dia yang selalu memeluk, membanggakan ku tapi gara gara Satya lagi, Ayah menamparku dengan sangat keras! Bahkan tak ada yang mau membantuku menjelaskan pada Ardi yang sebenarnya, bahkan adiku sendiri, Sara? Dia dia malah memojokanku!" jelas Alana yang emosinya tak bisa dikendalikan.

"Tapi kakak juga membelamu!" aku Zafar.

Alana menatap kakaknya lekat, "Kakak memang membelaku! Karena kakak adalah dalangnya!"

Deg

"Entah kenapa aku lebih percaya ucapan si penculik itu dari pada ucapan kakak!" lanjut Alana berhasil membuat Zafar terdiam membeku.

Sedangkan Alana memilih keluar dari mobilnya Zafar sembari membawa kopernya, setelah itu Alana melangkah kan kakinya menuju pintu utama rumahnya Satya, malam ini hujan membuat pakaian yang Alana kenakan basah dengan koper yang dia bawa, hingga rambutnya yang terurai panjang basah sedikit.

Tok

Tok

Tok

Alana mengetuk pintunya sembari membenarkan rambutnya yang basah.

Ceklek

"Hai... Raja drama idamanku!" ucap Alana dengan nada yang dibuat buat sedangkan Satya? Dia malah tersenyum senang, melihat pujaan hatinya datang.

"Hai juga ratu drama kesayanganku!" sapa Satya dengan senyumannya yang tak pudar.

"Apakah aku dibiarkan diam diluar saat hujan seperti ini? Dan membiarkan rambut dan pakaianku basah?" tanya Alana berhasil membuyarkan pandangan Satya.

Satya segera mempersilakan Alana masuk, lalu Satya pergi entah kemana, membiarkan Alana terduduk diruang tamu sendirian sembari mencoba mengeringkan rambutnya.

"Pakai ini, keringkan rambutmu." ujar Satya yang berada dibelakang Alana, dia mengeringkan rambut Alana dengan handuk yang dia bawa tadi.

Alana mencegah tangan Satya agar tidak mengeringkan rambutnya, "Aku bisa sendiri!" gumam Alana yang masih terdengar di telinga Satya.

Seolah tak mendengar suara Alana, Satya kekeuh ingin mengeringkan rambut Alana.

"Aku bilang, aku bisa sendiri!" kekeh Alana sembari menghadap ke Satya, hal itu menimbulkan mata mereka saling bertemu.

SANA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang