16. Bintang Paling Terang

590 33 51
                                    

Satya menghentikan langkahnya dan menatap Alana tajam, "Aku seperti ini karena peduli denganmu!!"

"Peduli juga ada batasnya!"

"Karena aku merasakan hal yang berbeda jika bersama denganmu Alana!!"

Keduanya langsung terdiam, tidak ada satu kata pun yang terucap lagi dari mulut mereka hanya ada suara kendaraan dan teriakan anak kecil yang tengah bermain bola.

Tak lama mereka tersadar, hingga rasa canggung itu kembali datang dan membuat keduanya seperti salah tingkah. Alana kembali mengingat kejadian tadi saat Metta hendak menamparnya.

"Maksud mu apa?" tanya Alana memastikan jika perkataan Satya itu benar apa tidak.

"Apa? Aku bilang apa? Aku bahkan tak tahu," jawab Satya sengaja berbohong, mulutnya tadi benar benar tidak bisa di ajak kompromi, untung saja tadi Alana terdiam dulu sebelum menjawabnya.

"Tapi kau––"

"Sudahlah, itu nasi gorengnya sudah matang pasti. Lebih baik kau kesana dan segera ambilah aku menunggu disini." Satya segera menyelanya––bisa bahaya jika Alana terus menanyakannya, bagaimana nasibnya nanti jika ada rasa yang berubah dan Alana mengetahui itu.

"Tapi kau minta maaflah pada Metta sekarang juga pokoknya. Aku merasa bersalah padanya tolong," mohon Alana dengan menempelkan kedua telapak tangannya.

"Aku akan minta maaf pada Metta dan juga akan mengakhiri hubungan aku dengan dia."

"HAH? MAKSUD MU APA?"

Alana benar benar tak percaya dengan ucapan Satya, semudah itukah dirinya memutuskan hubungan? Alana saja mati matian menjaga hubungannya dengan Ardi agar tidak kandas tetapi Satya? Dia seolah tak peduli, bahkan dari raut wajahnya pun masih datar seperti biasanya.

"Ya aku akan meninggalkan dia, itu lebih baik. Dia berhak mendapatkan yang lebih dariku, yang bisa mencintainya dan juga mengerti dirinya. Aku tak bisa seperti itu Lana. Aku juga merasa jika Metta bersama ku, dia tidak bahagia lalu untuk apa hubungan ini?" jelas Satya dengan ekspresi yang sama.

"Tapi Metta mencintaimu! Dan kau juga jangan sia siakan perempuan seperti Metta. Apa dengan memutuskan hubungan Metta akan bahagia? Tidak kan? dia justru akan sedih karena pria yang dia cintai selama ini tidak mencintainya." Alana yakin jika Metta sangat mencintai Satya. Sejak pertama kali bertemu dengan Metta, ia melihat tatapan cinta dari Metta kepada Satya.

"Mungkin pada awalnya tidak akan bahagia tapi perlahan lahan Metta pasti akan menerima kenyataan itu, aku hanya tidak ingin Metta menderita terlalu lama karena aku!" tetap Satya.

Alana memegang pinggangnya dengan kedua tangannya seolah dirinya marah, "Jika kau meninggalkan Metta nanti kau akan jomblo dan memangnya ada yang mau denganmu?" ucap Alana seolah meremehkan Satya.

"Aku ini tampan dan juga mempesona. Ayolah banyak gadis yang menginginkan ku hanya karena pesona ku! Kau saja yang belum terpesona dengan ketampanan ku!" Satya mengelus rambutnya ke belakang seolah memamerkan ketampanannya

Alana akui jika Satya memanglah tampan tetapi Alana sadar diri jika dirinya sudah memiliki hubungan dengan seseorang dan Alana juga tidak ingin menyia-nyiakan yang lama hanya karena terpesona dengan ketampanan seseorang.

"Sudahlah, lebih baik kita lanjutkan percakapan kita yang tertunda. Aku ingin kau mempertemukan aku dengan Ardi. Sesuai perjanjian!" Alana tetap ingin sekali bertemu dengan Ardi.

"Tidak! aku tidak akan pertemukan kalian, cari saja permintaan yang lain tetapi jangan bertemu dengan Ardi!"

Alana langsung menatap Satya sambil memajukan bibir bawahnya, "Kalau Ardi ditinggal lama lama, bagaimana jika dia selingkuh? Aku tidak mau sampai itu terjadi." Alana merengek, dia benar benar tidak bisa membayangkan jika nanti Ardi selingkuh.

SANA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang