Satya menghentikan mobilnya di depan rumahnya. Ia segera turun dari mobil dan membuka gerbangnya. Lantas setelah itu ia kembali masuk ke dalam mobil dan membawa mobilnya masuk ke dalam rumah.
Setelah selesai, pria itu menoleh pada gadis yang berada di sebelahnya. Alana masih tertidur pulas, jadi tidak tega membangunkannya.
Perlahan-lahan Satya membuka sabuk pengamannya lalu keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu lain. Disana ia langsung membuka pintunya dan menggendong gadis itu ala bridal style.
"Kenapa manusia ini tidak bangun-bangun juga ya? Padahal sudah ku gendong, pasti dia sedang memimpikan aku ya kan? Jadi merasa nyenyak dan tak mau diganggu!" gumam Satya seraya berjalan ke arah rumahnya.
"Banyak bicara sekali! Sudah cepat bawa aku ke dalam!" komentar Alana dengan matanya yang masih terpejam.
"Rupanya kau pura-pura tid--" ucapan Satya terhenti kala Alana mengalungkan kedua tangannya ke lehernya Satya tanpa permisi.
"Shuttt... Lebih baik segera antar aku sampai kamar. Lagipula sepertinya aku tak sanggup berjalan sampai kamar, aku sudah sangat mengantuk," jelas Alana tak mau diganggu gugat. Kepala gadis itu dengan sengaja bersandar di dada bidangnya Satya.
Satya terdiam sejenak memandangi wajah cantik Alana yang tengah tertidur di dekapannya. Pikirannya mulai berandai-andai lagi, jika seandainya saja Alana ini miliknya, ia akan selalu mengikuti apa yang gadis itu inginkan tapi nyatanya hari ini cincin yang melekat di jari manis Alana itu membuatnya merasa bukan siapa siapanya, tidak ada hak sama sekali bahkan hanya untuk memikirkannya saja.
Satya berjalan masuk ke dalam kamarnya Alana. Namun langkahnya terhenti ketika sampai di pintu kamar.
"Kak Lana tidur?" Sara bertanya, gadis itu sedang menonton Televisi bersama dengan Arga.
"Dia pura-pura tidur..." balas Satya sebelum kembali masuk ke dalam.
Satya membaringkan Alana di kasur empuk miliknya tetapi tangan gadis itu masih mengalun di lehernya, itu membuat Satya tak bisa pergi begitu saja.
Saat dirinya berniat melepaskannya, tapi ternyata matanya seolah lebih tertarik dengan Alana yang tertidur. Dirinya ingin menatap gadis itu sebentar saja, ia mengusap kening Alana dan membenarkan rambutnya, menyelipkan anak rambut ke belakang telinganya hingga dia bebas melihat Alana tanpa ada halangan.
Satu kata untuk Alana dari Satya
Cantik
Satya tersenyum, ia ingin sedekat ini terus dengan Alana tanpa gangguan apapun dan siapapun. Ia ingin Alana menjadi miliknya dan dia ingin gadis itu mencintainya juga.
Sebelumnya Satya selalu merasa kesepian tetapi sejak Alana datang kedalam hidupnya––dirinya merasa tidak sendiri lagi. Ia merasa ada seseorang yang mau mendukungnya dalam suka maupun duka.
"Nah seperti ini kan enak, sekali-kali tersenyum seperti itu kan terlihat tampan. Enak lagi di pandangnya juga," celetuk Alana berhasil membuat Satya mengalihkan pandangannya.
Namun tangan Alana masih tetap menahan Satya agar tidak bisa pergi kemana mana.
"Mau kemana? Pandang saja aku, sepuasmu saja asalkan jangan macam macam!" tambah Alana.
"Sudah lebih baik kau tidur karena besok ada kelas Tari. Sara juga mulai ikut besok," ucap Satya sambil melepaskan tangan Alana dari lehernya.
"Oh iya, kau sungguh mengatakan kepada guru penari itu bahwa aku selingkuhanmu?!" tanya Alana marah mengingat itu.
Satya mengangguk. "Iya waktu itu aku menjelaskan kepada bunda bahwa kau selingkuhan ku. Agar dia mau membuatku putus dengan Metta, tapi tetap saja tak bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
SANA [Lengkap]
Ficção Geral[SANA seri 1] Diculik oleh pria tampan, seksi dan pemarah? Alana Adijaya tidak pernah menyangka jika dirinya akan menjadi korban penculikan. Ia selalu berpikir bahwa dirinya akan menjadi satu-satunya manusia yang aman, hanya pemeran utama lah yang...