09. Berhasil Kabur?

768 47 57
                                    

Satya akui dirinya memang se-brengsek itu. Padahal baru beberapa menit yang lalu dirinya membuat tunangannya menangis, lalu tanpa berpikir panjang dirinya justru mencium gadis lain? Padahal Satya tak pernah sedikitpun menyentuh tunangannya sendiri.

"Arghhh!" Satya mengacak-acak rambutnya sendiri. "Apa yang terjadi padaku sebenarnya? Mengapa aku seperti ini? Aku bahkan tak mengerti perasaanku sendiri!" gumamnya yang lelah––pikirannya benar-benar lelah. Ia tak mengerti dirinya sendiri apalagi orang lain.

Drtttttt

Bunda calling...

Lagi-lagi Sofia menghubunginya, terpaksa Satya segera mengangkatnya.

"Satya apa kau sungguhan selingkuh dari anak bunda?!"

Satya terdiam beberapa saat. "Maafkan aku bunda, yang dikatakan Metta memanglah benar."

"Kau benar-benar mengecewakan bunda ya?!"

"Maaf..." lirih Satya.

"Kalian akan menikah sebentar lagi! Apa yang kau pikirkan?"

"Bunda... Aku rasa, aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Sejak awal aku tidak pernah mencintainya Bun, aku tidak bisa menikah dengan seseorang yang tidak aku cintai---"

"Kau mengatakan itu karena kau tertarik pada gadis lain?! Kau tega mengkhianati anak bunda? Itu sama saja kau menyakiti bunda juga! Kau benar-benar..."

"Tapi jika hubungannya terus di lanjut, itu akan semakin menyakitinya bun..."

"Jadi kau lebih memilih gadis lain dari pada anak bunda?!"

"Bukan begitu--"

"Lalu apa jika bukan begitu?! Katakan dimana gadis itu sekarang?! Dia sepupunya Arga kan?!"

"Bukan bukan,"

"Bunda akan kesana!"

Satya memejamkan matanya, ia panik setengah mati. Ia bingung harus bagaimana sekarang. Niatnya mendekatkan Alana dengan ibu kandungnya, justru membuat Alana harus dibenci oleh ibu kandungnya sendiri.

"Bunda dengarkan aku--"

Tut.

Satya segera bangkit dari kasurnya dan berjalan ke kamarnya Alana. Rupanya gadis itu tengah berbincang dengan Arga sambil memakan makanan yang manis-manis.

"Arga, tolong bawa Alana pergi dari rumah untuk beberapa saat," titah Satya dengan terburu-buru.

Arga dan Alana ternganga setelah mendengar perkataan itu, mereka saling menatap tak percaya. Jangan lupakan mereka sedang membahas soal kabur-kaburan.

"Tapi kenapa?" tanya Arga.

"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Jadi lebih baik kau ajak Alana jalan-jalan keluar, tapi pada pukul 11 malam kalian harus sudah berada dirumah," jelas Satya tak mau tahu. Pria itu segera membawakan dua jaket dan memberikannya kepada mereka.

Alana tidak bisa berkata-kata, begitupun dengan Arga. Keduanya hanya menuruti Satya dengan pergi dari rumah.

Satya juga menutup pintu saat mereka keluar. Hal itu membuat Alana dan Arga kembali saling menatap dengan tatapan tak percaya.

"Ini hampir sesuai rencana kita, tapi bukan seperti ini maksudnya," gumam Arga yang senang tapi kesal.

"Lebih baik aku langsung kabur saja," saran Alana yang riang.

Arga buru-buru memegang tangan Alana. "Tidak, jangan... Kau ingin aku mati di tangan Satya?"

Dengan wajah dibuat sesedih mungkin Alana menjawab, "Dia tidak mungkin melakukan itu pada sahabatnya."

SANA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang