40. Dear penculik tampan....

331 17 83
                                    

"Sakitnya di hati, padahal hati cuman ada satu."

-Satya Aditama

_______


Satya, Alana, Ardi dan Kiran sudah bermain banyak permainan di pasar malam ini, dan sejak kejadian––perdebatan konyol yang mereka lakukan hingga membuat Arga dan Sara hilang begitu saja, mereka sama sekali belum bertemu dengan Arga dan Sara, entah dimana namun mereka percaya Arga dan Sara mungkin hanya ingin berduaan saja, walau Arga yang mungkin sedikit memaksa.

"Kita mau pulang aja?" ujar Ardi ketika suasana mulai menghening apalagi jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan pastinya Sofia akan khawatir nanti.

Kiran mengangguk. "iya, sudah malam, lagi pula kita sedang kemahkan? Nanti yang ada pas jalan ketendanya kita malah ketakutan."

Satya sedari tadi tidak mengubah ekspresinya, Kiran sendiri ingin sekali mengatakan hal hal yang biasanya dia lakukan pada temannya ketika temannya sedang cemburu, namun kepada Satya, Kiran tahan, sebab Satya adalah bosnya padahal bibirnya sudah gatal ingin mengatakannya.

"Tapi Sara sama Arga dimana? Mereka tidak ada, selama inikah? Aku takut mereka kenapa-napa." ujar Alana resah.

"Kita cari saja, mumpung udah sepi..." saran Satya dan segera menarik tangan Alana untuk mencari Sara, sesegera disusul Ardi dan Kiran dari belakang.

Alana menghentikan langkahnya, membuat Satya ikut menghentikan langkahnya. "tapi Satya... Mereka tidak ada, aku akan telepon dulu, siapa tau kali ini dia angkat." Alana buru-buru mengambil ponselnya dan segera menghubungi Sara, dan sama, nomernya masih tidak aktif, dengan segera Alana menghubungi Arga.

"Hallo Ga..."

"Apa Na?"

"Kau dimana!? Kami mencarimu! Menghilang begitu saja, adikku dimana?"

"Apa Lana? Tidak terdengar?"

"Hello? Memangnya di sana tidak ada sinyal? Cepat katakan kalian ada dimana?"

"Alana kau bicara apa? Ini tidak terdengar!"

Alana mengepalkan tangannya sendiri kesal. "KAU DIMANA? MASIH TIDAK TERDENGAR!?"

"Apa Lana? Lana? Lana?"

Tut.

Alana membelalak tak percaya ketika Arga mematikan sambungan teleponnya sepihak, Alana berfirasat jika Arga hanya berpura-pura tidak ada sinyal saja tadi.

Satya mengernyit, "kenapa sayang?" tanya Satya bingung, Alana tiba tiba ngegas begitu saja pada Arga.

"Sahabatmu, menyebalkan! Dia bilang tidak ada sinyal, entahlah aku bingung, yang pasti mereka masih ada disekitaran sini, kita harus mencari mereka!"

Baru saja Alana melangkah, langkahnya langsung dihentikan oleh Ardi dengan menarik tangannya, Satya yang melihat itu hanya membelalak tak percaya, untungnya Alana tidak jatuh dipelukan Ardi.

"Lana... Ini sudah gerimis, kita ke tenda saja dulu, kalau tetap disini kau, maksudnya kita semua akan kedinginan." ujar Ardi memberitahu.

Satya melepaskan genggaman tangan Ardi pada Alana dengan paksa, "pulang pulang aja, kenapa harus pegang pegang tangan pacarku?" ketus Satya dengan ekspresi datar yang disengaja.

Ardi terdiam sejenak, lalu sedetik kemudian dia tertawa kecil membuat ketiga orang disana mengernyit bingung.

"Aku baru memegang tangan pacarmu... Tapi dulu kau? Memeluk calon istriku dengan begitu eratnya? Sampai membuat hubunganku dengan gadis yang kucintai hancur? Haha... Kau lucu sekali," ujar Ardi tanpa menatap siapa siapa.

SANA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang