42. Mengalah

317 18 118
                                    

"Huffftt..." Kiran mengatur nafasnya dengan benar, Dia mendudukkan dirinya dimana saja, tidak peduli kotor yang penting saat ini dia bisa beristirahat.

"Ayolah Ran, jangan banyak istirahat...." keluh Ardi karena selama perjalanan Kiran selalu minta istirahat, padahal Ardi sudah tau letak benderanya dimana.

Kiran mendengus sebal sambil menatap Ardi, "kau! Aku lelah, masa aku harus maksakan? Kalau aku pingsan siapa yang mau gendong? Kau mau? Aku tidak percaya! Yang ada kau meninggalkan ku di hutan itu seorang diri, jadi lebih baik aku banyak beristirahat, kau tidak akan repot dan sudah." oceh Kiran setelah meminum air yang ada di botol yang dia bawa.

Ardi menatap Kiran gemas sampai sampai Ardi mengepalkan tangannya untuk menahan kesal, "Ran masalahnya, Gilang dan Metta sudah tau tatak letaknya dimana, kau mau mereka yang mendapatkannya?"

"Ck! Lihat, Gilang sama Metta saja belum kelihatan disini, kau santai saja Ardi!"

Ardi berkacak pinggang lalu mengalihkan pandangannya pada yang lain, siapa tau dia bisa melihat benderanya dari sini.

"Bagaimana jika Gilang dan Metta pake jalan lain--" ucapan Ardi terhenti kala melihat bendera yang dia cari, dengan segera dia membantu Kiran untuk bangun, dengan terpaksa, Kiran sendiri sedikit kaget.

"Ada apa kau ini?!!" kesal Kiran

"Itu benderanya, kita sudah menemukannya, ayo kita kesana!" Ardi segera menarik tangan Kiran untuk mengikutinya, tinggal beberapa langkah lagi mereka akan menang, namun ketika bendera itu sudah dekat dengan mereka.

Di hadapan mereka ada Gilang dan Metta yang mungkin sebentar lagi akan mengambil bendera tersebut.

"Ardi ayo kita ambil, lihat mereka ada di depan kita!" ujar Kiran.

"Gilang ayo ambil, Ardi ada di depan kita!" ujar Metta.

Gilang dan Ardi bersiap siap, sedetik kemudian mereka berlari menghampiri bendera itu, Ardi ada di sisi kanan dan Gilang ada disisi kiri.

"Gilang ayo semangat!!" teriak Metta.

Kiran yang tidak mau kalah pun berteriak, "ayo Ardi semangat! Kalau menang kau tetap tidak akan mendapatkan Alana, soalnya Alana sudah menjadi kekasih bos ku! Apapun keadaannya aku akan tetap dukung bosku karena jika bosku kalah maka dia akan patah hati, terus nanti kerjaanku pasti--ah sudahlah cepat cepat!!"

Ardi menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Kiran, "kau ini seharusnya memberikanku semangat!! Bukannya membuatku lemah!!"

Kiran membelalak, bukan karena Ardi menghentikan langkahnya tetapi karena Gilang sudah lebih dulu mengambil bendera itu.

"Ardi!! Kenapa kau berhenti? Lihat lihat, Gilang sudah mengambilnya! Kau kalah dari Gilang!" ujar Kiran sambil menghampiri Ardi dengan kesal.

Pandangan Ardi beralih pada Gilang yang tengah bahagianya, bahkan Gilang tersenyum meledek pada sahabatnya yaitu Ardi.

"Lihat sekarang, aku menang darimu! Penyemangatmu Alana, sedang menyemangati pria lain... Makanya kau kalah, dulu aja, kau selalu menang..." ujar Gilang bangga.

Teringat masa lalu dulu, saat masa masa sekolah, saat itu Ardi dan Gilang sebagai kakak kelas Alana dan Kiran, setiap perlombaan di sekolah Gilang dan Ardi selalu bersaing, bukan karena musuhan tetapi karena mereka tidak pernah disatukan menjadi kelompok karena berbeda kelas tetapi mereka tetap bersahabat, dan Alana selalu menyemangati Ardi, saat itu masih dalam mode pendekatan, dan Ardi selalu menang dalam lomba tersebut.

Kiran berjalan mendekati Gilang, "heh! Menang dan kalah itu biasa dalam permainan! Kali ini kau sedang beruntung saja!" ujar Kiran ngegas.

"Aku beruntung karena bisa memiliki orang yang kucintai!"

SANA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang