Athanasia pov:
Aku berlari ke gedung asrama secepat kilat dan pergi ke pusat informasi dilantai pertama.
"Ada yang bisa saya bantu nona?"
Wanita muda sepertinya belum menikah? Dia bertanya padaku, bagaimana aku memanggilnya? Nona? Kakak? Nyonya? Miss?
"Ehm apa kakak tahu nomor kamar Pangeran Rafael Osvaldo De Huale?"
Kakak tersebut memandangku cukup lama, Ethan dan Matheo akhirnya sampai dan berlari pelan ke arahku, mereka sedikit lelah.
Wajar sih jarak dari gedung awal kami berlari sampai kesini kan jauh sekali.
"Ck capek tahu gak!" Ethan terlihat kesal, sepertinya dia bersiap untuk mengomeliku.
"Nona, nomor kamarnya adalah 090."
Kakak kau benar benar malaikat! Aku segera berlari ke arah tangga, meninggalkan mereka berdua(lagi).
"Athanasia De Alger!! Kau memang iblis!" Teriak Ethan marah sepertinya aku benar benar membuatnya kesal.
"Apa? naik lagi?" Sepertinya itu suara Matheo aku merasa iba, anak anak yang malang mereka berdua pasti sangat lelah.
Memang fisikku ini luar biasa...
Author pov:
Athanasia menaiki tangga, melalui lantai demi lantai dengan cepat, nomor kamar putra mahkota kerajaan Huale itu tidak jauh dari kamarnya.
Setelah sampai di lantai ke 3 Athanasia berjalan santai, mencari nomor kamar yang cocok, Athanasia yakin mereka akan menjadi teman akrab.
Menurutnya membangun pertemanan itu sangat penting, apalagi ini adalah era kerajaan. Yang dimana harkat dan martabat dilihat dari tingginya status dan banyaknya koneksi yang dia punya.
Mempunyai teman dengan status keluarga tinggi memang sangat berguna dilingkup sosial kerajaan, selain itu mereka juga dapat melakukan kerja sama antar satu wilayah dengan wilayah lain.
Athanasia menerima jika dia disebut wanita gila hormat atau sebagainya, karena dia membangun koneksi pertemanan untuk tujuan seperti itu.
Tapi tidak dipungkiri dirinya juga ingin mendapatkan teman khususnya para cowok, menurutnya saat dia adalah Lee Jihye hidupnya tidak lebih dari hinaan, dan bahan bullyan.
Dahulu dia punya seorang teman wanita, yang sekarang tak ingin dia ingat lagi namanya karena menjadi penyebab semua masalah yang menyebabkan hidupnya menderita, menurutnya teman wanitanya itu sangat bermuka dua.
Jika Athanasia bisa memilih sekarang, dia ingin berteman dengan pria, setidaknya para pria tidak akan menghasut atau menjelekkannya.
Apa adanya.
"087..088..089..090." Athanasia berhenti tepat di depan pintu kamar dengan nomor 090, cuman berbeda beberapa langkah dengan kamar miliknya.
"Tok..tok..tok.." Tangannya mengetuk pintu, Athanasia mengembangkan senyumnya.
Dia tak perlu khawatir dengan mata permatanya, melihat reaksi Matheo tadi saja sudah memberikan banyak jawaban. Ditambah aturan Cremos ini, sudah jelas dia aman walau putra mahkota mengetahui identitasnya dengan sekali lihat.
Pintu kamar terbuka menampilkan seorang pelayan pria yang mungkin berusia 30 tahun ke atas.
"Selamat siang, ada perlu apa nona muda seperti nona mengunjungi kamar ini?"
Pelayan pria itu bertanya, dia memandangi Athanasia atas dan bawah, Athanasia yang teringat langsung memberi hormat.
"Ah maaf ketidaksopanan saya, sikap saya memang sedikit tidak sopan. Saya kemari untuk bertemu dengan pangeran Raphael, menurut saya karena kami bertetangga saya harus memberi salam dengan pantas."
ESTÁS LEYENDO
Different Fate For My Athanasia
FanficLee Jihye, wanita muda yang bereinkarnasi sebagai salah satu tokoh di novel yang dia baca sebelum tidur... Dari semua tokoh yang ada di novel itu kenapa malah jadi dirinya? 'Aku harus kabur' 'Mau kabur kemana kau tuan putri?' Kenapa kau... Just fanf...