After Mission

1.1K 129 10
                                    

Two weeks after completing a community service mission:

"Haaa rasanya aku seperti orang sekarat." Adu Ethaniel pada Athanasia saudaranya, dia menerima sodoran air hangat dari Athanasia.

Saat ini mereka semua sedang berkumpul dibar dekat area akademi, seperti yang dikatakan dalam aturan Cremos, setelah menjalankan misi para siswa dan siswi mendapatkan libur selama dua hari.

Dan disinilah mereka semua, bar Collins bersaudara, tentu mereka tahu diri bahwa umur mereka belum mencukupi untuk mencicipi Alkohol, dan perjanjian De Alger bersaudara dengan ayah mereka mengenai kapan mereka bisa mencicipi Alkohol. Jadi mereka hanya memesan daging panggang, roti, minuman hangat, jus, kopi dan teh.

Walau disebut bar, disana juga menjual makanan dan minuman lain, bahkan ada roti gandum dan selai kacang.

Bar Collins bersaudara ini salah satu tempat kesukaan mereka semua untuk berkumpul. Kenapa namanya Collins bersaudara? Karena pemilik bar itu adalah Pian Collins dan Gian Collins, kembar identik yang memulai usaha sejak masih muda.

Sekarang mereka sudah memasuki umur 50 an.

"Memangnya kau mendapatkan misi macam apa?" Tanya Lucas sambil mengunyah roti panggang miliknya.

"Aku harus membantu salah satu desa kecil di Ghalae dengan bercocok tanam gandum." Jawab Ethaniel.

"Menurutku itu tidak terlalu menyiksa." Kata Matheo. "Aku juga ditugaskan untuk membantu mengurus panti asuhan di dekat Ghalae."

"Tunggu kau juga di wilayah Ghalae?" Tanya Raphael.

"Ya tentu saja, bahkan Dimitris dan Athanasia juga di wilayah Ghalae." Jawab Matheo disertai anggukan kepala dari Dimitris.

"Apa hanya kita atau memang misi kali ini kebanyakkan di wilayah Ghalae?" Pikir Athanasia lalu menyuap daging yang dia potong sedari tadi.

"Bukan kebanyakkan Atha! Tapi memang karena wilayah Ghalae membutuhkan banyak bantuan saat ini." Ujar Ethaniel.

"Yang aku dengar dari menara, Ghalae akan berperang kembali dengan Wallen." Lucas berbicara.

"Ya aku juga dengar dari ayahku, katanya kedua negara itu selalu berseteru sejak dulu." Ujar Matheo, dia mengaduk aduk sendok teh yang ada didepannya. "Haah tidak semua negara itu damai."

Semua tiba tiba melirik ke arah Raphael yang masih meneguk teh hijau miliknya, Raphael yang menyadarinya segera berkata:

"Apa yang kalian lihat? Kalau mau komplain, komplain saja ke ayahku jangan ke aku, sekarang aku belum jadi raja."

Mereka semua memutuskan kontak mata dengan Raphael, karena apa yang dikatakan putra mahkota kerajaan Huale itu ada benarnya.

"Sebelum itu mari kita berbincang bincang tentang seluk beluk diri kita masing masing, ehm dimulai dari Lucas." Matheo menjeda kalimatnya. "Kau anak tunggal?"

Lucas menoleh ke arah Matheo, sebenarnya dia sangat malas jika membahas tentang dirinya.

"Nama panjangmu?"

"Lucas doang."

"Aku anak tunggal."

"Ayah dan ibumu?"

"Aku diasuh oleh keluarga angkat." Ujar Lucas. "Yah hubungan ku juga lumayan baik dengan mereka."

Matheo mengangguk paham, dia paham bahwa Lucas tidak mau menceritakan lebih lanjut tentangnya dan langsung melempar pertanyaan lain pada Dimitris yang baru saja tertidur, anak itu selalu tertidur dimanapun kapan pun.

Different Fate For My AthanasiaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora