BAB 11 Ketahuan bolos.

637 142 20
                                    

Hari kamis kemarin, adalah hari kamis yang buruk bagi Darto. Mulai dari di hukum, sampai menghajar Angga. Membuat mood-nya juga ikut memburuk buat datang ke sekolah hari ini. Darto jengah jika terus-terusan bertemu dengan Yuna. Jadilah dia terdampar di WMT, dengan segelas kopi luwak favoritnya. Artinya, hari ini, Darto bolos sekolah.

Kepulan asap tipis melayang-layang dari selipan jari telunjuk dan jari tengahnya. Sementara kedua ibu jarinya menari di atas layar ponsel. Mengetikkan pesan pada sahabat karibnya, siapa lagi kalau bukan Udyn.

"Dyn, ijinin gue, bilang ae gue sakit," kata Darto, dalam pesannya.

Selang beberapa detik, Udyn pun membacanya.

"Ok," balas Udyn singkat.

Darto lantas menaruh ponselnya diatas meja--di samping kopinya. Setelah membaca pesan Udyn, kemudian menyetel musik di ponselnya, kemudian Darto memejamkan matanya, seraya menyandar pada punggung sofa. Menikmati jumat paginya dengan segelas kopi dan alunan lagu girlgrup K-pop favoritnya, Blackpink.

"Mas," Inem-putri Mbok Iyem-pemilik WMT, memanggilnya.

Darto membuka matanya sedikit, dan melirik Inem.

"Kenapa?"

Inem pun mendudukan dirinya di samping Darto. Seraya mengulas senyumnya, menampilkan lesung pipinya yang manis.

"Kok ndak sekolah?" tanya Inem, dengan logat jawanya.

"Mager."

"Ojo ngono tho Mas, nanti orang tua Mas tau, piye? Kena omel lho." Inem berujar, dengan lembut.
(Jangan gitu Mas, nanti orang tua Mas tau, gimana? Kena omel lho.)

"Gak bakal," jawab Darto, masih dengan nada yang sama sedari tadi, datar dan dingin.

"Yo wis lah," kata Inem pasrah, cewek itu tau, bahwa Darto pasti lagi badmood.
(Ya udah lah)

Sebab dia sudah lama mengenal Darto, pelanggan warung ibunya yang paling setia-meskipun suka ngutang.

🌹

Disisi lain, Yuna baru saja menaruh tasnya di kelasnya, dan kembali keluar kelas untuk keruangan BK. Jelas dia gak akan diam saja tentang kejadian kemarin sore. Yuna juga sudah menghubungi gebetannya Angga untuk datang ke ruang BK.

"Lho Kak Angga udah di sini aja?" tanya Yuna, kala melihat Angga yang berdiri di depan pintu ruang BK.

Alis sebelah kiri Angga diperban, pipi sebelah kanannya juga terdapat plester. Beberapa sudut wajahnya juga terlihat biru, menandakan bahwa tinjuan Darto benar-benar keras dan membekas.

Angga tersenyum, seraya berkata. "Iya, aku baru aja sampe pas kamu WA aku. Jadi aku langsung ke sini aja."

Yuna pun mengangguk paham, dia berjalan mendekati Angga, ditatapnya cowok itu dengan sedikit meringis, sedikit membayangkan rasa sakit yang dirasakan oleh Angga.

"Maaf banget ya Kak, semua gara-gara aku ...," sesalnya pada Angga.

Angga menggeleng, sedikit menegakan badannya, berusaha terlihat kuat di depan cewek incarannya.

"Gapapa Yuna, jangan merasa bersalah terus. Ini gak seberapa kok, aku kan laki-laki ya pasti kuat lah. Tonjokan Darto mah gak ada rasanya," Angga berkata dengan sombongnya.

Sementara Yuna tersenyum lega mendengarnya.

"Yaudah yuk masuk," ajak Yuna.

"Asalamualaikum, Bu," Yuna mengucap salam seraya masuk ke ruang BK.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang