BAB 63, Bila memang ini ujungnya.

1.2K 136 43
                                    

Yuna lantas memutar gagang pintu dan membukanya. Kakinya bergerak perlahan, seiring senyumnya yang mengembang. Dilihatnya Darto yang sedang terduduk di brangkarnya, menatap ke arah jendela kamar rawatnya. Lalu beralih pada Mama Aya yang juga tersenyum menatap ke arahnya.

"To..," Darto yang gak sadar jika Yuna sudah berada di sampingnya pun menoleh.

Alisnya mengkerut, dan menatap Yuna dengan lekat. Wajahnya datar, tanpa ada satupun senyum yang terpatri di wajahnya, seperti orang bingung.

"Lo ... Siapa?"

Deg.

"Da-darto ... kamu ... lupa sama aku?" tanya Yuna, tertatih-tatih.

Setelah cukup lama menunggu, setelah cukup lama terjebak dalam penyesalan, setelah melewati hari demi hari dengan perasaan yang menyesakkan. Lagi-lagi, Yuna dikejutkan oleh kenyataan ini, entah untuk yang keberapa kali, Yuna sudah gak bisa menghitungnya lagi, air matanya ... kembali jatuh.

"Ini aku, To!? Yuna! Calon jodoh kamu!" kata Yuna dengan mantap dan meyakinkan, sambil menggenggam erat tangan Darto.

"Yuna? Calon jodoh?" tanya Darto, masih dengan wajah bingungnya.

"Iya! Aku calon jodoh kamu! Kamu lupa!? Kita selalu berangkat sekolah sama-sama Kita sering malam mingguan berdua! Kita pernah nemenin Mama Aya ke mall!" jelas Yuna, dengan berderai air mata.

Tapi Darto malah menghempas pelan tangan Yuna, matanya menajam, seperti gak percaya sama kata-kata Yuna.

"Apa kita pernah kaya gitu? Emangnya kita pernah saling cinta–"

"PERNAH TO! KITA EMANG SALING CINTA!" sergah Yuna, suaranya kian meninggi.

"Emangnya siapa duluan yang cinta?"

"AKU TO AKU! AKU DULUAN YANG CINTA SAMA KAMU!" Lagi. Yuna langsung menjawab, tanpa ragu sedikitpun.

"Pffftttt ...." Darto seketika mentutup mulutnya, menahan tawa.

"Sekarang percaya kan, Mak. Kalo Darto ganteng, Yuna aja sampe cinta duluan sama Darto," kata Darto pada Mama Aya yang sedari tadi menahan tawa di belakang Yuna.

"Hah?" Yuna melongo, menatap Darto dan Mama Aya secara bergantian.

Otak pintarnya tiba-tiba nge-blank, gara-gara tingkahnya Darto, calon jodohnya.

Pandangannya kembali beralih pada Darto, saat cowok itu meraih wajahnya, lalu menyeka air mata yang jatuh membasahi pipinya. Senyuman tampak di wajah Darto yang masih sedikit lebam, kepalanya pun masih berbalut perban.

"Gue inget kok, Yuna. Gue gak lupa–aisshhh!"

"NGESELEIN BANGET SIH!" Baru juga sadar, Darto langsung dihadiahi cubitan mesra dari Yuna.

Alih-alih berhenti, Yuna malah melanjutkan tangisnya, sambil memukul-mukul pelan bahunya Darto. Sumpah, ini gak lucu sama sekali buat Yuna, karena semua hal yang terjadi sebelum hari ini, adalah hal-hal yang menyakitkan dan menyesakkan untuknya. Benar-benar serius, bukan main-main.

Sementara Darto malah terkekeh pelan, sambil menahan pukulan lemah dari Yuna. Darto lantas mengenggam kedua pergelangan tangan cewek itu, dan menuntunya untuk menyandar di dadanya, membiarkan Yuna melanjutkan tangisnya di pelukanya.

"Aku takut banget kamu gak bangun-bangun! Aku takut banget kamu pergi! Aku takut gak sempet minta maaf atas kesalahan aku, tau gak!? Aku takut gak punya kesempatan buat berubah, demi kamu! hiks ... hiks ...." lirih Yuna, suaranya tenggelam dalam dadanya Darto. Tapi tetap mampu menggetarkan hatinya Darto, semakin membuat cowok itu membekap erat cewek yang jadi calon jodohnya.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang