BAB 38, Malam mingguan.

629 124 30
                                    

Malam ini adalah malam minggu, malam yang paling dinanti sama anak-anak muda, buat menghabiskan waktu sama teman, gebetan, pacar, mantan, atau mungkin selingkuhan, pokoknya macam-macam lah. Tapi, nyatanya, gak cuma anak-anak muda yang bisa jalan-jalan dimalam minggu, orang-orang dewasa juga gak mau kalah, termasuk Pak Alingga dan Bu Wulan.

Sebagaimana janji Pak Alingga pada sang istri tempo hari buat malam mingguan berdua. Maka malam ini mereka sudah rapi dengan pakaian casual, bersiap untuk pergi, mengulang masa-masa muda mereka lagi, tanpa mengajak anak-anak mereka.

"Mba, Ibu sama Bapak mau keluar sebentar ya, kamu jaga Yola," ujar Bu Wulan, yang sedang memakai flat shoes berwarna cream, milik Yuna. Berhubung ukuran kaki mereka sama, Bu Wulan memang sering memakai sepatu-sepatu Yuna, supaya kelihatan lebih muda katanya.

"Mau kemana, Bu? Kok Yola gak diajak?" tanya Yuna yang tengah duduk di sofa ruang tamu.

Si ketua OSIS itu baru saja selesai mandi, rambutnya pun masih dibalut handuk yang melilit-lilit membentuk seperti kerucut di atas kepalanya. Sedangkan wajahnya hitam pekat, karena dibaluri masker. Rutinitas Yuna sebagai seorang perempuan pada umumnya, yaitu merawat wajahnya, sedikit berharap Darto bakalan cepet luluh kalo dia terlihat cantik. Yah ... andai Yuna tau bahwa Darto pun sudah luluh olehnya, tapi bukan luluh karena wajah cantiknya, tapi air matanya.

"Sebentar doang kok, Mba," kata Pak Alingga yang sudah membuka pintu.

"Ck, sebentarnya Ayah itu beda sama sebentarnya Yuna," timpal Yuna sambil memutar bola matanya malas. "Nanti Yola rewel kalo Ayah sama Ibu lama pulangnya," lanjutnya.

"Ya kalo rewel ajak jalan-jalan aja Mba. Ya udah ya, Ibu berangkat, Yola baik-baik sama Mba ya. Asalamualaikum," pamit Bu Wulan, kemudian menghilang di balik pintu.

"Waalaikumsalam."

Yuna menghela nafasnya pasrah, sementara Yola gak terlalu menggubris kepergian orang tuanya. Sebab, gadis kecil itu tengah asik bermain boneka di lantai ruang tamu. Tangan Yuna pun terulur untuk meraih remote tv, mengusir rasa bosannya menunggu masker di wajahnya mengering.

10 menit terlewati, Yola masih anteng. 30 menit terlewati, orang tuanya masih belum kembali. Sampai akhirnya, 1 jam lewat 15 menit, Yuna sudah selesai maskeran, Yola pun mulai rewel.

"Mba, Ibu kemana ci?" tanya Yola sambil mendudukan diri diatas pahanya Yuna.

Yuna tersenyum, lalu mencium pipi bulat adiknya singkat. "Nanti dikit lagi pulang kok, Yola main boneka lagi sana sambil nunggu Ibu," Yuna berkata dengan lembut, tapi Yola malah cemberut.

"Yola bosen, mo jalan-jalan, ayo Mba jalan-jalan," Yola mengguncang-guncang bahunya Yuna.

Ini yang bikin Yuna bingung, mau jalan-jalan kemana? Walaupun sebenarnya Yuna punya motor, tapi dia gak bisa bawa motor. Otak Yuna pun langsung berputar, kala rengekan adiknya semakin menjadi.

"Mbaaaaa ayo jalan-jalan," rengek Yola lagi, sambil berguling-guling di atas sofa.

"Ya udah iya tunggu, Mba ganti baju dulu," kata Yuna.

Dia pun beranjak ke kamarnya, buat ganti baju. Tapi sebelum itu, dia meraih ponsel yang sedari tadi dia charger. Chat dari Angga langsung terpampang kala Yuna menyalakan layar ponselnya. Sejenak, cewek itu berpikir, kira-kira Angga mau gak ya ngajak Yola jalan-jalan? Tapi, detik berikutnya, pikiran itu langsung Yuna enyahkan.

Yola gak kenal sama Angga, karena memang belum pernah ketemu, dan pasti Yola bakalan rewel, karena Adiknya itu susah banget akrab sama orang baru. Cuma sama Darto doang, Yola langsung akrab, malah langsung lengket banget sama Darto. Iya cuma sama Darto.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang