BAB 44 Malam minggu kelabu : 02

609 122 18
                                    

"Kita saling menghancurkan, tapi juga saling berpelukan." - Red Velvet, Psycho.

🌹🌹🌹

Yuna kembali menatap dirinya sendiri di depan cermin, memastikan bahwa penampilannya malam ini sempurna meskipun terkesan casual dan sederhana. Kemudian, cewek itu beranjak keluar kamarnya, karena sesaat sebelumnya Darto sudah mengabari bahwa dia sudah sampai di depan rumahnya.

Seminggu ini, benar-benar menjadi seminggu yang penting bagi Yuna maupun Darto. Terlepas dari perjanjian mereka, rahasia mereka dan sandiwara mereka. Selama satu minggu ini, mereka mengikuti kata hati mereka sendiri. Sepasang insan yang terikat tali perjodohan dan juga perasaan.

Yah, sebelum akhirnya Yuna kembali sadar karena kunjungan Rere ke rumahnya. Karena itu pula dia mau menghabiskan malam minggunya sama Darto sekarang, untuk mencurahkan semua yang dia rasakan. Lalu kemudian kembali bersandiwara untuk waktu yang Yuna sendiri gak bisa tentukan.

Sebab, untuk saat ini, gak ada pilihan lain lagi.

Yuna pun keluar rumahnya, dan tersenyum pada Darto yang tengah bersandar di vespanya. Seakan menular, Darto ikut tersenyum pada Yuna yang terlihat begitu cantik malam ini. Sayang, Darto belum punya cukup nyali buat mengatakannya secara langsung.

***

"Mau kemana kita?" tanya Yuna, kala mereka baru saja keluar dari komplek rumahnya.

"Ke Senayan," jawab Darto singkat.

Yuna hanya manggut-manggut saja, sambil terus memeluk Darto. Sepanjang perjalanan, mereka asik membicarakan banyak hal. Mulai dari kenapa lampu lalu lintas warnanya merah, kuning dan hijau, lalu kenapa marka kejut dinamakan polisi tidur dan masih banyak hal-hal aneh lain yang mereka bicarakan. Bisa dibilang, cuma sama Darto, Yuna membicarakan hal-hal yang gak penting, tapi hal-hal yang gak penting itu justru yang membuatnya tertawa.

Darto memang punya caranya sendiri, buat menciptakan momen romantis di atas vespa tua.

"Lo belom makan, kan?" tanya Darto.

Mereka berdua kini telah sampai di salah satu spot jajanan kuliner kaki lima yang cukup terkenal di daerah Senayan, lebih tepatnya di jalan Plaza Barat persis di depan gerbang Gelora Bung Karno.

"Kan kamu yang nyuruh aku tadi jangan makan di rumah," jawaban Yuna seketika membuat Darto tertawa sendiri.

Setelah menerima saran dari Udyn, Darto pun langsung chat Yuna supaya calon jodohnya itu jangan makan. Jadi Yuna tau bahwa Darto pasti bakal mengajaknya makan, gak ada suprise-suprise nya sama sekali. Maklum, Darto kan gak pernah pacaran, hehe.

Mereka berdua pun singgah di salah satu kios yang menyajikan sate taichan, salah satu kuliner yang paling terkenal dari Senayan. Bahkan banyak pedagang sate taichan yang membawa nama Senayan untuk mendongkrak penjualan mereka, meskipun mereka berjualan di daerah lain.

***

"Yuna."

"Hmmm?" Yuna berdehem, sembari mengunyah satenya.

Seketika kening Yuna berlipat, mendapati Darto yang tengah menyodorkan setusuk sate padanya. Gantian, kalo kemarin Yuna yang menyodorkan minum pada Darto, sekarang Darto yang menyodorkan sate pada Yuna.

"Aaaa ... mmm." Yuna melahap sate dari Darto, lalu tersenyum meskipun tengah mengunyah. Terlihat sangat menggemaskan.

Acara makan berdua dimalam minggu itupun sukses, Yuna senang, Darto apalagi. Meskipun mereka makan di makanan kaki lima, bukan di restoran fast food dari Amerika, mereka tetap menikmatinya dengan penuh rasa bahagia.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang