BAB 53, Akibat tidak mengerjakan PR,

608 106 22
                                    

"Aku mau kita putus."

Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Yuna. Kalimat yang ditujukan untuk Angga, kakak kelasnya yang hampir sebulan ini menjadi pacarnya.

Sekarang hari Senin, dua hari setelah Yuna menjenguk Mama Aya serta Adiknya Darto yang baru lahir di rumah sakit, sekaligus meminta maaf pada Darto, atas kesalahannya tempo hari. Yuna juga sadar, bahwa selama ini dia hanya 'suka' dan 'kagum' pada Angga, seperti yang dirasakan oleh siswi-siswi lain di sekolah. Mengingat betapa populer dan mempesonannya Angga, di sekolah.

Cuma sebatas itu, gak lebih, sebab Yuna tau siapa cowok yang dia cinta, dan itu bukanlah Angga.

"Ke-kenapa? Kok tiba-tiba gini, sih? Aku ada salah sama kamu?" Angga langsung menghujani Yuna dengan rentetan pertanyaan.

Tentu, dia bingung, dan butuh penjelasan. Setelah makrab kemarin, Yuna benar-benar berubah sikapnya, bahkan gak membalas chat-nya lagi. Si ketua OSIS yang sudah lama dia incar itu juga secara terang-terangan menjauhinya. Menimbulkan beragam pertanyaan dan keresahaan dalam otak dan hatinya.

Disisi lain, Yuna menggeleng pelan, sambil tersenyum sungkan. Sedikit merasa bersalah, karena sudah mengecewakan Angga, mungkin. Sekali lagi, perasaannya pada Angga sama seperti perasaan siswi-siswi lain, wajar kalo merasa senang dan nyaman dengan perlakuan lembutnya Angga.

"Kamu terlalu baik buat aku, Kak. Aku gak pede sebenernya jadi pacar kamu," jelas Yuna.

Mendengar itu, Angga lantas berdecak, sambil menghela nafas kasar. Alasan Yuna sangat klasik, ya ampun, terlalu baik? Andai saja Yuna tau kalo Angga sering meniduri seorang wanita yang usianya sepuluh tahun lebih tua.

Perjuangan Angga selama ini menjadi sia-sia, setelah Yuna meminta putus darinya. Padahal, Angga belum sedikitpun mencicipi cewek yang sudah dari dulu dia idam-idamkan ini. Karena tipe-tipe Yuna begini gak pernah Angga temui di club malam. Ya jelas, gak mungkin ada.

"Sekali lagi maaf, Kak. Semoga bahagia sama yang lain, permisi," pamit Yuna seraya berbalik pergi.

Meninggalkan Angga yang masih berdiri sambil bertolak pinggang di persimpangan koridor jurusan IPA. Masih gak percaya bahwa Yuna baru saja mengakhiri hubungan mereka. Perlahan, Angga mengepalkan sebelah tangannya. Lalu, matanya yang tadi meratapi kepergian Yuna, kini bergulir menatap tangannya yang terkepal.

Kemudian, cowok itu juga berbalik dan pergi, menuju ke perpustakaan, menyusul teman-temannya yang lain. Karena tadi dia harus berhenti dan mendengar pernyataan putus dari Yuna.

"Lo gak bisa pergi gitu aja, Yuna ...," gumam Angga.

🌹

"Yuna, lo udah ngerjain PR Fisika?"

Yuna yang baru saja mendudukan dirinya di bangkunya lantas menoleh ke samping. Menghadap orang yang bertanya kepadanya, yaitu Rere.

"Udah, Re," jawab Yuna.

"Gue liat dong," pinta Rere, putus asa.

"Lho, kan setiap murid soalnya beda-beda, Re." Mendengar hal itu, Rere lantas mendesah pasrah.

Sementara Yuna hanya menggeleng pelan sambil terkekeh, Rere pasti lupa karena kemarin, pas pelajaran Fisika, cewek itu malah menggalau ria gara-gara Darto. Oh iya, dikarenakan Yuna sudah tau, bahwa Darto dan Rere gak berpacaran, sikapnya pada teman sebangkunya itu kembali seperti semula. Namun, Yuna belum berniat memberitahukan hubungannya dengan Darto yang sebenarnya, karena dirasa belum perlu.

"Ya udah kamu ke perpus sana, gih. Cari referensi buku buat rumus Fisika di soal kamu, soalnya di buku paket gak lengkap," ujar Yuna, menyarankan.

Rere pun segera bangkit dari kursinya dengan malas. Andai saja guru Fisikanya bukan guru killer, pasti cewek itu gak bakal seresah ini. Yah, walaupun dia pintar dalam pelajaran Fisika, tetap saja Rere adalah siswi yang malas dan jarang banget mengerjakan tugas.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang