BAB 55, Fell into a trap.

506 102 16
                                    

Darto, Udyn, Juna dan segenap anak-anak WMT yang lain akhirnya tiba di lapangan fustal tempat dimana Ega dan Egi bertanding. Namun, sepertinya mereka sedikit terlambat, karena mereka gak melihat satupun anggota Warmang disana, hanya ada anak-anak kelasan Ega dan Egi saja dengan beberapa pihak keamanan tempat lapangan futsal.

"Lo pada gak gapapa!?" tanya Darto, dengan nafas yang memburu.

"Gapapa, Bang, cuman anak-anak Harapan Bunda sama Warmang udah pada cabut, terus gak bayar duit sewa lapangan, padahal perjanjiannya yang kalah yang bayar lapangan," jelas Ega.

"Makanya itu, gue sama anak-anak kelasan gue masih ditahan sama petugas disini, karena belom bayar. Kelasan gue tadinya pede menang dan kenyataannya emang memang, jadi gak bawa duit lebih," tutur Egi menambahkan.

"Ya udah petepete¹ aja, abis itu langsung cabut, kita cari banci-banci Warmang. Sial amat udah kalah malah kabur!" kesal Udyn.

Akhirnya, anak-anak WMT yang datang pun, petepete alias patungan, membantu anak kelasan Ega dan Egi membayar uang sewa lapangan futsal. Setelahnya, mereka langsung pergi untuk mencari anak-anak Warmang, tentu saja membuat perhitungan karena tingkah mereka yang pengecut.

"Kita keliling Jaksel aja, kaya biasanya." Darto mengkomando anak-anak WMT, seraya memacu vespanya.

Anak-anak Warmang sendiri yang mencari gara-gara, sehingga anak-anak WMT jelas gak bakal diam saja. Sebab mereka tetaplah kumpulan remaja SMA, dengan darah muda yang panas dan menggebu, jadi gampang banget terlusut emosi.

Bahkan Darto lupa, bahwa dia sudah janji sama Yuna, untuk berhenti melakukan hal-hal kaya gitu.

Tapi, biar bagaimana pun Darto tetaplah Darto, cowok yang sangat menjunjung tinggi solidaritas.

🌹

Siang berganti malam. Disana, di depan meja rias, Yuna menyisir dengan pelan helaian rambutnya, meluruskannya untuk kemudian dikuncir di belakang kepalanya. Matanya yang lentik memandang pantulan dirinya sendiri di cermin, guna memastikan bahwa penampilannya malam ini gak berlebihan.

Cewek itu mengenakan kaos oblong bewarna hitam dengan luaran sweater yang warnanya senada, berpadu dengan baggy pants bernada pastel cream sebagai bawahannya. Terlihat tomboy dan casual, sengaja menekan sisi feminimnya, Yuna gak mau terlihat cantik di depan Angga, walau sebenarnya dia tetap cantik dengan pakaian model apapun.

Pukul 19.10, Yuna keluar dari kamarnya, setelah Angga bilang bahwa dia sudah sampai di dekat rumah Yuna lewat chat.

"Mau kemana, Mba?" tanya Bu Wulan--yang tengah menonton tv di ruang tamu--pada putri pertamanya itu.

"Keluar sebentar, Bu. Main sama Rere," kilah Yuna, beralasan.

"Oh ya udah, jangan malam-malam," timpal Bu Wulan yang kembali menonton tv di ruang tamu.

Setelahnya, Yuna mengucap salam seiring menutup pintu rumahnya. Berjalan menuju mobil Angga, mantannya, yang tengah terpakir beberapa meter di dekat rumahnya.

"Mau jalan kenama, Kak?" tanya Yuna, setelah masuk ke mobil dan memasang seat belt.

Angga nampak melirik Yuna sebentar, sebelum menyunggingkan senyum dan mulai memacu mobilnya pergi.

"Ke Kemang, Nonton," jawab Angga.

Mendengar hal itu, Yuna hanya membentuk mulutnya 'O' dan mengangguk samar. Tanpa sekalipun berniat bertanya lebih jauh, dan tanpa rasa curiga sama sekali.

Lagian, apa yang harus dicurigai dari Angga?

***

Benarkan, gak ada yang perlu dicurigai dari Angga, kok. Sebab cowok itu memang mengajak Yuna nonton bioskop berdua. Mereka kini tengah berada di Lippo Mall Kemang, berdiri di eskalator menuju lantai dasar, setelah mereka baru saja selesai menonton film di bioskop.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang