BAB 57, When our word broke our heart

606 107 13
                                    

Music : Juice Wrld - Lucid Dream 🎵.

🌹🌹🌹

Gak butuh waktu lama bagi Darto untuk mengantar Yuna sampai ke rumahnya, sebab tempat dimana Angga hampir melakukan hal yang gak pantas pada Yuna masih berada di wilayah Blok M. Beruntung Darto tadi juga sedang berada di daerah Blok M, baru saja memukul mundur anak-anak Warmang.

Yuna kini telah sampai di depan rumahnya, tangisnya sudah berhenti. Meski begitu, cewek itu masih belum menampilkan senyumnya, setelah sadar kalo Darto masih mengenakan seragam sekolahnya.

"Kamu lagi ngapain sebelum jemput aku tadi?" tanya Yuna, sedikit menyelidik.

Darto pun menghela nafasnya kasar, memalingkan wajahnya sejenak, lalu kembali memandang Yuna malas.

"Perlu banget gue jawab gitu?" Darto balik bertanya, dengan raut wajah datarnya.

"Jawab," perintah Yuna, sambil mencubit perut Darto.

"Ck, abis tawuran."

Sial, Darto gak bisa bohong kalo di hadapan Yuna. Alhasil, cewek itu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, antara kecewa dan terkejut.

"Kamu bukannya udah janji buat berenti, hah!?" Kali ini, nada bicara Yuna mulai naik.

Hal itupun membuat emosi Darto juga ikut naik. Sudahlah dia emosi karena anak-anak Warmang yang kembali berulah, tambah emosi setelah tau kalo Yuna hampir diperkosa Angga, dan sekarang tambah-tambah emosi, sebab Yuna malah membentaknya, dan bertanya perihal janji.

"Gue tawuran juga ada alesannya Yuna! Gak ujug-ujug tawuran!" timpal Darto, membela diri, dengan nada yang juga tinggi.

Yuna mundur selangkah, tersentak mendengar Darto yang dulu kembali di hadapannya. Iya, Darto yang dulu, yang suka membentak-bentaknya. Kenapa malah kaya gini? Padahal Yuna memutuskan Angga, supaya dekat sama Darto. Padahal Yuna mau menerima ajakkan terakhir Angga, juga supaya lebih leluasa sama Darto.

Tapi, cowok yang jadi alasannya seperti itu, malah membentaknya kaya gini. Membuat semua perjuangannya terasa sia-sia, dan membuat rasa nyeri timbul di hatinya.

Lagian, siapa yang gak nyesek? Kalo perjuangan kita gak dihargai, terlebih orang yang gak menghargai perjuangan kita adalah orang yang kita perjuangkan?

"Kok kamu malah kaya gini, sih!? Tadi kamu nyalahin aku!? Sekarang bentak-bentak aku!?" Air mata Yuna pun, kembali turun membelah pipinya.

"Lo sendiri yang bikin gara-gara, Yuna! Ketauan lo udah putus dari Angga, kenapa masih mau diajak jalan coba!?" Darto pun bangkit berdiri dari vespanya, berhadapan dengan Yuna. "Gue udah nahan rasa kesel gue! Gue udah nahan rasa cemburu gue! Karena ngeliat lo sama Angga mesra-mesraan di depan gue!" lanjutnya membentak Yuna, peris di depan wajah cewek itu.

"Lo mikir gak sih, gimana sakitnya diduain, hah!?" tanya Darto lagi, seketika membuat Yuna menunduk takut dan semakin mundur sampai punggungnya menyentuh gerbang rumahnya.

Sementara Darto kembali membuang wajahnya sejenak, dan menghela nafas kasar. Tentu saja gak mampu melihat Yuna menangis, ingin rasanya dia memeluk calon jodohnya itu. Tapi dia juga sudah lelah, kalau harus terus mengalah.

"Coba lo pikir, lebih baik mana? Gue yang ingkar janji karena tawuran, atau lo yang ngeduain gue, dan masih jalan sama mantan lo?"

Persetan dengan cintanya yang terlambat untuk tumbuh. Jika berpikir dengan logika, mereka sudah terikat tali perjodohan sebelum Yuna berpacaran dengan Angga. Jadi, apa yang Darto katakan itu benar, Yuna telah menduakannya.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang