Makasih banget udah baca ceritaku sampai akhir ^~^
Buat yang mau apresiasi untuk membelikanku kopi biar semangat nulis, bisa banget klik link saweria di bio aku yah ^~^.
Sinar mentari pagi, seolah menghangatkan kehidupan kota Jakarta. Kota dimana semua penghuninya selalu sibuk, dari awal hari bahkan sampai penghujung hari. Kota yang gak pernah sepi, dengan segala denyut kehidupan di segala lini.Termasuk juga di sana, di sebuah koridor panjang yang menghubungkan setiap kelas di lantai satu gedung jurusan IPS, SMA Palapa. Dimana koridor tersebut ramai, dipadati siswa siswi yang saling berbincang santai, sambil menunggu bel masuk sekolah berbunyi.
Seorang siswi tengah berjalan dengan santainya, sambil sesekali membalas sapaan murid-murid lain yang mengenalnya. Rambutnya yang bergelombang panjang sepinggang, terkuncir rapi dan menjuntai ke kanan dan ke kiri, mengikuti langkahnya.
Cantik. Mungkin itu adalah kata yang sering diucap siapapun, apabila baru pertama kali bertemu dengan siswi itu. Karena memang, wajahnya itu mempesona, senyumnya semanis gula, karena ada lesung pipi yang menghiasinya.
Yah, bisa dibilang, karena parasnya yang cantik itu pula, dia gampang terkenal di SMA Palapa.
Sampai, akhirnya ...
"PRATIWI KINANTI!"
Langkah siswi itu berhenti, seiring panggilan yang menggetarkan telinganya itu. Tubuhnya menegang kaku, lalu berputar kebelakang, menghadap orang yang memanggil namanya.
"Eh ... I-ibu Aisa ... Selamat Pagi, Bu," sapa si siswi yang bernama lengkap Pratiwi Kinanti itu, dengan gugup.
Sementara orang yang memanggilnya, seorang wanita muda-yang mengenakan seragam dinas PGRI serta rok hitam selutut-bernama Bu Aisa itu, berjalan mendekat ke arah siswi yang dia panggil namanya. Lalu kemudian, matanya menelisik siswi itu, dari bawah sampai atas, dan berakhir menatap mata siswi itu sambil bersedekap.
"Harus berapa kali saya tegur, Tiwi?" tanya Bu Aisa.
Tiwi, adalah nama panggilan si siswi itu.
"Tegur? Gak tau Bu, saya gak ngintungin, sih. Emangnya kalo banyak di tegur bisa nambah nilai ya, Bu?" Tiwi balik bertanya dengan tampang polosnya.
"TIWI!" bentak Bu Aisa, benar-benar kesal dia sama siswi kelas 10 yang ada di depannya ini.
Sementara Tiwi yang dibentak seperti itu langsung terperanjat, kemudian mengusap-usap dadanya pelan.
"Kamu jangan pura-pura, ya! Ibu udah berkali-kali negur kamu, kalo siswi itu harus pakai rok bukan celana!" kesal Bu Aisa, yang akhirnya membuat Tiwi cengengesan.
Yup, Tiwi sekolah pakai celana abu-abu, bukan rok. Bisa dibilang, dia itu sedikit tomboy. Karena memang, sebenarnya dia maunya masuk STM, bukan SMA.
"Hehehe, maaf, Bu. Saya belom beli rok, Bu." Kata-kata Tiwi pun sukses membuat Bu Aisa menepuk keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)
Novela JuvenilPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. No #1 - jaksel (20-02-2022) No #1 - Jin (23-03-2023) No #1 - lawak (27-04-2023) No #1 - bencijadicinta (22-08-2023) *** Kehidupa...