BAB 42 Ramalan palsu

729 113 16
                                    

"Mba, ada Rere nih!" seru Bu Wulan dari luar kamar.

Yuna pun bangkit dari ranjangnya, sedikit terkejut dengan kedatangan teman sebangkunya itu. Yah, meskipun Rere sering berkunjung ke rumahnya, bahkan cewek itu juga suka menginap di rumah Yuna, begitupun sebaliknya.

"Masuk aja, Re," kata Yuna kala dia membuka pintu kamarnya. Rere yang sedang duduk diruang tamu pun menoleh, lalu beranjak ke kamar Yuna.

Yuna kembali ke posisinya di atas ranjang, dan kembali membaca novel bertema romance kesukaannya.

"Kerjaan lo selama liburan gini-gini aja, Na?" tanya Rere, heran dia.

Yuna hanya berdehem, karena memang selama hampir seminggu dia libur sekolah, Yuna hanya menghabiskan waktunya untuk membaca novel, membantu Ibunya memasak, membersihkan rumah, dan belajar. Kecuali dua hari yang lalu, kala dia pergi bersama Mama Aya dan Darto.

"Ya ampun, kalo gue sih gak bakal bisa kaya lo njir. Eh, by the way, lo udah prepare mau pake baju apa pas acara makrab nanti?" Pertanyaan Rere sontak membuat fokus Yuna dari novel yang dia baca teralihkan.

Yuna pun duduk bersila diatas ranjang, dengan keningnya yang sedikit berlipat.

"Makrab?"

"Iya, makrab, malam keakraban. Acaranya minggu depan abis libur try out. Lo lupa?"

Yuna sontak menepuk keningnya pelan. "Ya Allah, aku lupa."

"Ck, gimana sih ketua OSIS masa lupa," sindir Rere, sambil terkekeh pelan.

"Abisnya aku ...." Yuna mengurungkan niatnya buat menimpali Rere, hampir saja dia keceplosan mengatakan hal yang sangat rahasia.

"Lo?" Rere menaikan sebelah alisnya, bingung dengan Yuna yang tiba-tiba berhenti berbicara.

"Ya ... kamu tau sendiri, aku di rumah cuma gini-gini aja. Jadinya lupa deh sama kegiatan sekolah, hehe," kilah Yuna sambil tertawa hambar.

"Yeee cantik-cantik kok pikun," Rere mencubit gemas hidung Yuna. "Gue yakin pasti lo belum nyiapin baju buat makrab." lanjutnya.

Yuna tersenyum kikuk, lalu mengangguk malu-malu.

"Untung gue udah, malah bajunya baru banget gue beli, dua hari yang lalu." kata Rere sedikit bersemangat.

"Aku udah tau kali Re,"

"Hah? Kok lo bisa tau?"

"Biar aku tebak, kamu pasti beli bajunya di outlet Vashion, kan?" Rere membulatkan matanya dengan sempurna, tebakan Yuna benar.

"Ih kok lo bisa tau sih?" tanya Rere histeris.

Yuna lantas menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Seolah-olah bangga kalo tebakannya itu benar.

Orang aku juga belanja disana kemarin sama Darto. Yuna berkata, dalam hati.

Iya, cuma dalam hati. Rere mungkin bisa kena serangan jantung kalo Yuna benar-benar mengatakan hal itu secara langsung.

"Iiiih, lu kok bisa tau sih Yuna?" Rere mengguncang pelan bahu Yuna, benar-benar penasaran.

Sejenak dia berpikir, kalo Yuna ini selain seorang ketua OSIS, dia mungkin juga seorang cenayang. Ah, kalo Yuna saja bisa menerawang dimana Rere membeli baju, mungkin juga Yuna bisa menerawang, apakah Rere bisa jadian sama Darto.

"Aku kan peramal," kata Yuna dengan bangganya.

"Coba-coba ramal gue lagi dong Yuna, menurut lo gue sama Darto bisa jadian apa enggak?"

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang