"Ah~ kenyangnya." Darto mengelus-elus perutnya, saat baru saja keluar dari rumah Yuna.
Seperti biasa, pagi ini, Darto menjemput Yuna buat berangkat sekolah bersama. Gak lupa pula, Darto menyempatkan diri buat sarapan (lagi) di rumah Yuna. Kemudian, setelah itu, Darto menyalakan vespanya dan menunggu Yuna yang masih memakai sepatunya.
"Bu, Yuna berangkat, Asalamualaikum," pamit Yuna seraya menutup pintu rumahnya.
Darto yang sedari tadi sudah menunggu, lantas memberikan helm pada Yuna. Tapi, alih-alih mengambil helm yang Darto berikan, si ketua OSIS itu malah bersedekap, sambil memandang datar ke arah Darto.
"Kenapa lo?" Darto sedikit memicingkan matanya, karena tingkah Yuna yang aneh, menurutnya.
Tapi, Yuna gak menjawab, dia hanya melirik seragam sekolah Darto sesaat, dan kembali menatap wajahnya Darto. Biar begitu, Darto langsung paham apa yang Yuna maksud. Dia lantas menaruh helm Yuna di spion vespanya, untuk kemudian memasukan seragam sekolahnya ke dalam celananya.
"Lupa gue, maaf," Darto berdalih.
"Yuk, berangkat."
Tapi, Yuna masih dengan posisi dan raut wajah yang sama.
"Ck, kenapa lagi? Seragam gue udah rapih kok." Darto berdecak sebal.
"Aku mau ngomong sebentar."
"Ya udah ngomongnya sambil jalan ayo."
"Gak bisa, ini penting."
Darto pun menghela nafasnya, paling malas dia sebenarnya, menghadapi Yuna yang sedang dalam mode seriusnya. Sebab, bagi Darto, cewek itu dua kali lipat lebih menyebalkan, cerewet, dan keras kepala kalo sedang serius. Yuna selalu saja menguji batas kesabaran Darto, apalagi kalau sudah mengancam akan mengadu pada Mama Aya. Kebersamaan mereka setiap berangkat sekolah yang sudah berjalan selama hampir dua minggu ini, nyatanya belum menghilangkan benar-benar kebencian diantara mereka berdua. Yah, walaupun kadar kebencian mereka sedikit demi sedikit mulai berkurang, itu karena mereka mulai paham sifat masing-masing.
Yuna, yang awalnya membenci Darto, sekarang, rasa bencinya perlahan-lahan surut, karena Yuna membenci Darto yang suka melanggar peraturan dan berbuat semaunya di sekolah. Namun, setelah Yuna mengenal Darto lebih jauh, dia mulai mengerti bagaimana cara mengatur Darto dan membuatnya si anak nakal itu patuh.
Hasilnya, Yuna melihat dengan mata kepalanya sendiri, bahwa Darto pelan-pelan mulai berubah jadi lebih baik. Darto yang kemarin-kemarin seragamnya gak pernah rapih. Setelah Yuna ancam dia gak boleh main sama adiknya, Yola. Si anak nakal itu dengan ajaibnya mau menurut, dan mulai memakai seragam sekolah dengan rapi, meskipun kadang suka lupa.
Darto yang kemarin-kemarin suka membentak dan bersikap kasar sama Yuna. Setelah kejadian dimana mereka terlambat sekolah lalu Yuna menangis. Si anak nakal itupun merubah tutur dan sikapnya pada Yuna, dan paling-paling, Darto hanya menggerutu, kalau sedang kesal sama Yuna.
Sementara Darto, yang awalnya membenci Yuna, karena sifat Yuna yang sok ngatur-ngatur kalau di sekolah. Sekarang, rasa bencinya juga mereda, apalagi setelah Darto tau sisi lain dari Yuna. Sisi lain yang gak pernah Darto lihat kalo di sekolah, yaitu Yuna yang begitu hangat dan ceria jika sedang bersama orang tua dan adiknya, Yola.
Sebenarnya, Darto gak mempermasalahkan Yuna yang menjadi ketua OSIS, yang dia benci adalah cara Yuna memimpin OSIS. Namun, setelah Darto mencoba untuk menuruti dan mengikuti perjanjian yang mereka berdua sepakati. Yuna berubah, dan gak sok ngatur-ngatur lagi, paling kalau mereka lagi berdebat, Yuna bakal mengeluarkan jurus pamungkasnya, yaitu mengadu ke Mama Aya atau mencubiti perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)
Teen FictionPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. No #1 - jaksel (20-02-2022) No #1 - Jin (23-03-2023) No #1 - lawak (27-04-2023) No #1 - bencijadicinta (22-08-2023) *** Kehidupa...