BAB 49, Kejadian saat pulang.

561 114 16
                                    

Sukses.

Mungkin itu adalah kata yang tepat buat menggambarkan acara makrab SMA Palapa tahun ini. Seluruh murid kelas 11 dari dua jurusan menyatu, menambah kemeriahan acara yang hanya diadakan satu kali selama masa sekolah itu. Melupakan sejenak 'perang dingin' antara jurusan IPA dan IPS yang memang cukup kental di SMA Palapa. Hal itu tentu gak bakal bisa terlaksana tanpa kerja keras panitia pelaksana acara yang tidak lain dan tidak bukan adalah anak-anak OSIS dengan sedikit tambahan perwakilan dari masing-masing kelas.

Oleh sebab itu, sang ketua OSIS yaitu Yuna, jadi pusat perhatian malam ini. Cewek itu terus tersenyum dan membalas sapaan murid-murid yang berpapasan dengannya, dengan Angga yang masih setia berada di sampingnya. Mereka nampak serasi dan selalu berdua dari awal acara sampai akhir acara, mungkin minggu depan, mereka berdua bakal jadi gosip hangat di sekolah nanti.

Malam semakin malam, dan acara sudah selesai kira-kira 30 menit yang lalu. Namun seluruh panitia acara baru keluar GOR, setelah sebelumnya mengadakan rapat penutup yang dipimpin sama Yuna. Si ketua OSIS kini berjalan mendekati Angga yang tengah berdiri memainkan ponselnya di samping pintu keluar GOR, wajah cantiknya nampak lelah, tentu lelah karena memimpin dan memantau acara, dan lelah karena terus berusaha terlihat baik-baik saja, meski hatinya tengah gundah gulana.

"Yuk, Ngga, pulang."

Angga pun tersenyum, kemudian menarik tangan Yuna untuk berjalan bersama menuju ke parkiran. Gak ada percakapan apapun yang terjadi, dan gak ada penolakan apapun dari Yuna dengan sikap Angga yang sekarang ini. Karena memang sangat wajar Angga bersikap seperti ini padanya, yang notabennya adalah pacarnya.

Mata Yuna seketika tertuju pada dua orang yang sangat dia kenal, tengah asik berbincang sambil di pinggir trotoar parkiran. Mereka adalah Darto dan Rere. Tanpa sadar, langkah Yuna melambat, membuat Angga yang berjalan sedikit di depannya pun menoleh pada Yuna, lalu mengikuti arah pandang pacarnya itu.

"Lah, ngapain temen kamu sama si anak nakal itu?" Pertanyaan Angga, seketika membuat Yuna mengerjapkan matanya.

"Gak tau," jawab Yuna seadanya.

Setelahnya, dia berpaling dan kembali berjalan mendahului Angga. Melihat Darto dan Rere hanya semakin membuat dadanya terasa menyesakkan. Sudah cukup lelah dirinya malam ini, jadi dia tau sampai mana batasnya untuk terus menahan semua itu.

Dia harus kuat menahan air matanya, sebelum bisa sampai di rumahnya.

***

"Makasih ya, Ngga, udah mau nemenin aku malam ini. Maaf kalo aku ngerepotin, kamu sampe jemput aku pake mobil gini," kata Yuna, seraya tersenyum segan pada Angga.

Dia kini telah sampai di depan rumahnya, bersama dengan Angga yang mengantarnya.

"Kamu tuh kaku banget sih, aku kan pacar kamu, Yuna. Udah pasti aku bakal nemenin kamu, lah," timpal Angga sedikit gemas.

"Ya tapi, sampe pake mobil gini, apa gak ngerepotin namanya?" tanya Yuna dengan polosnya.

Angga terkekeh sebentar, melihat wajah bingung Yuna benar-benar membuat dadanya cenat-cenut. Ingin rasanya cowok itu melumat bibir tipisnya Yuna sekarang juga.

"Kakak aku lagi ada di rumah, jadi ya mobilnya aku pake aja deh," jawab Angga, dan Yuna hanya manggut-manggut saja.

Yuna pun menunduk kesamping, guna membuka seat belt-nya, bersiap untuk keluar dari mobil Angga.

Namun ...

"Yuna ...."

Cewek itu mendengakan kepalanya, detik berikutnya, matanya membulat dengan sempurna, terkejut karena jarak antara wajahnya dan wajah Angga yang begitu dekat. Bola mata Angga menggelap, tatapannya tajam menusuk, sedetik kemudian, dia memejamkannya.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang