BAB 34 Sama-sama terkejut.

607 120 19
                                    

"To, kamu beneran udah sarapan?" Yuna bertanya, dan langsung mendapat anggukkan mantap dari Darto.

Terhitung, sudah tiga hari, semenjak Yuna memberikan Darto kesempatan kedua buat berubah. Semenjak itu pula Darto gak mau sarapan di rumahnya. Yuna kan jadi bingung harus jawab apa, karena orang tuannya selalu bertanya kenapa Darto gak mau sarapan bareng lagi. Malah orang tuannya sempat curiga, kalau Yuna yang melarang Darto buat sarapan bersama mereka. Padahal, nyatanya Darto sendiri yang menolak.

"Ck, kenapa sih? Aku kan jadi gak enak sama Ayah sama Ibu, mereka nanyain kamu terus tau," kata Yuna, sedikit menggerutu.

Darto tersenyum, mendengar penuturan Yuna. "Bilang aja gue lagi diet."

"Hah?" Yuna melongo.

"Pfffftttt."

Darto langsung menutup mulutnya, menahan tawanya karena melihat wajah polos Yuna yang sangat lucu kalo lagi bingung. Sementara Yuna yang melihat tingkah Darto pun langsung mengerucutkan bibirnya kesal. Detik selanjutnya, perut Darto yang gak bersalah pun dihadiahkan cubitan mesra dari Yuna.

"Orang nanya serius juga ish!" gemas Yuna.

Jelas kalo Yuna merasa bingung, orang Darto badannya kurus tinggi gitu, pake bilang diet segala. Apa yang mau dikurangi? Berat badan atau berat dosa?

Yuna lantas menyilangkan kedua tangannya di dada. Oke, mode ngambeknya on, Darto kayanya memang punya bakat alami, buat bikin cewek ngambek. Atau mungkin, Yunanya saja yang moody-an kalo lagi sama Darto, apa-apa bawa perasaan. Padahal, itu bukanlah sifat Yuna, meskipun dia jarang bercanda, tapi dia paham kalau lagi dibercandain dan gak ngambekan kaya sekarang ini.

Darto pun sadar sama tingkah Yuna itu.

"Ngambek?"

"Tau," jawab Yuna ketus, sambil membuang mukanya.

Darto terkekeh sebentar, Yuna di matanya kini terlihat sangat menggemaskan, apalagi kalo lagi ngambek kaya sekarang. Tapi, Darto juga gak mau kalo calon jodohnya itu ngambek lama-lama.

"Gue udah sarapan di rumah, kalo gue sarapan lagi di rumah lo, nanti gue kekenyangan. Kalo gue kekenyangan, nanti jadinya gue ngantuk. Kalo gue ngantuk, gue bakalan tidur di kelas, nanti malah gak belajar deh," kata Darto menjelaskan.

Yuna diam, tentu sedikit terkejut mendengar jawaban Darto. Sampai seniat itu, Darto berubah buat dirinya? Perlahan, sikap Yuna mulai kembali biasa saja.

"Udah sono lo sarapan, gue tunggu di sini."

"Ya udah, iya." Yuna pun berbalik masuk ke rumahnya untuk sarapan.

"Dartonya mana, Mba?" Bu Wulan bertanya, sambil menyiapkan peralatan makan di atas meja.

"Di depan, katanya dia udah sarapan di rumahnya. Kalo sarapan lagi nanti dia ngantuk di kelas," jelas Yuna, Bu Wulan pun mengangguk paham.

"Oh gitu, tapi kok baru sekarang, kemaren-kemaren ndak kaya gitu."

"Iya itu kan karena dia mau buktiin ke Yuna kalo dia bisa berubah."

Eh!

"Cieee sampe segitunya ya Darto ke Mba," goda Bu Wulan, menatap Yuna dengan kerlingan nakal.

"Enggak!" Yuna langsung menyangkal, tapi sayang, pipinya sudah merona duluan.

Ya ampun, Yuna keceplosan. Dia memang gak bilang apapun sama orang tuanya tentang masalahnya sama Darto kemarin. Karena memang, orang tuanya gak menyinggung hal tersebut. Yah, andai saja Yuna tau, bahwa orang tuanya diam-diam mengintip momen dimana dia memeluk Darto. Jadi gak ada yang perlu ditanyakan lagi, karena memang Bu Wulan dan Pak Alingga sudah melihat semuanya.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang