Jauh sebelum semuanya serumit sekarang.
Pagi yang cerah menghiasi langit kota Jakarta. Disana, di gerbang komplek perumahan daerah Radio Dalam, sepasang muda-mudi berseragam SMA baru saja keluar dari komplek tersebut. Mereka adalah Darto dan juga Yuna, pergi berangkat ke sekolah di hari yang masih sangat pagi, dengan vespa tua andalannya Darto.
Kurang lebih, itu adalah beberapa hari setelah Yuna menangis gara-gara Darto terlambat menjemputnya. Kadang, mereka tampak berbincang, meski hanya percakapan-percakapan kecil dan basa-basi semata, sepanjang perjalanan. Canggung dan kaku, adalah dua kata yang paling tepat, untuk menggambarkan situasi yang terjadi diantara mereka.
Sebab mereka masih merasa terpaksa, dan masih saling membenci.
Namun, Darto bukanlah tipe cowok yang kalem dan cool, paling gak betah diam dia itu. Termasuk juga, jika sedang berkendara apalagi berdua seperti sekarang. Pun kalau Darto sedang berkendara sendirian, dia selalu mendengarkan lagu-lagu Blackpink di ponselnya dengan earphone-nya. Serasa menjadi tukang ojek saja rasanya, bahkan tukang ojek pun kadang suka berbincang dengan penumpangnya.
Akhirnya, Darto pun memulai percakapan lebih dulu.
"Yuna," panggil Darto sambil terus menatap kedepan. Sementara Yuna hanya berdehem menjawab panggilan Darto.
"Menurut lo, adek gue cewek apa cowok?" Pertanyaan Darto seketika membuat Yuna menaikan kedua alisnya.
Bingung Yuna, kenapa tiba-tiba Darto menayakan hal itu ke orang yang dia benci? Iya, Yuna tau kok, kalau Darto benci sama dia. Sebab jika waktu ditarik mundur kebelakang, yang terpampang hanyalah perdebatan dan pertengkaran mereka berdua di sekolah, yang berakhir dengan tatapan penuh kebencian dari Darto yang selalu kena hukuman entah dari Yuna langsung atau dari Bu Sutarmin, karena melanggar peraturan.
"Cewek," jawab Yuna pada akhirnya. Entah kenapa, tiba-tiba dia ingat adiknya, Yola. Jadilah dia menjawab adiknya Darto itu cewek.
"Gue juga maunya cewek," timpal Darto.
"Oh," sahut Yuna datar.
"Kalo beneran cewek, bagusnya namanya apa ya?" tanya Darto lagi.
Kali ini, Yuna nampak berpikir. Itu bukanlah pertanyaan yang bisa dijawab dengan asal. Sebab nama adalah doa, Yuna juga gak jahat, meskipun dia benci sama cowok yang sekarang sedang dia peluk pinggangnya dari belakang, tapi dia gak benci sama calon adik cowok itu yang masih di dalam kandungan.
"Nama panjang Mama Aya itu siapa?" Yuna balik bertanya.
"Siti Rohaya," jawab Darto sambil sedikit menoleh kesamping.
Yuna kembali berpikir, dan menimang nama yang tepat, berpatokan dengan nama Mama Aya, ibunya Darto.
"Siti Zaenab Purwaningrum." Itulah nama yang keluar dari mulut Yuna, dan seketika membuat Darto tersenyum.
Senyum pertama Darto pada Yuna, terlepas dari hubungan mereka yang kurang baik di sekolah. Senyum tulus, sebab nama itu entah kenapa terdengar sangat cantik di telinga Darto. Senyum yang sayangnya, Yuna gak melihatnya karena sedang dibonceng Darto di belakang.
"Wuih keren, Na. Artinya apa tuh?" tanya Darto antusias.
"Kalo Siti kan ngikutin nama Mama Aya. Kalo Zaenab itu bahasa Afrika, artinya baik. Kalo Purwaningrum itu bahasa Jawa, artinya berbakat dan cerdas. Jadi, Siti Zaenab Purwaningrum itu, Siti yang baik, berbakat dan cerdas," jelas Yuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)
JugendliteraturPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. No #1 - jaksel (20-02-2022) No #1 - Jin (23-03-2023) No #1 - lawak (27-04-2023) No #1 - bencijadicinta (22-08-2023) *** Kehidupa...