BAB 24 Sarapan bersama.

635 137 14
                                    

Pagi selanjutnya, masih seperti biasa, Yuna yang baru saja selesai sholat subuh, segera meraih ponselnya untuk menelpon Darto.

Tut. Tut. Tut.

"Halo"

"Bangun, jangan sampe telat lagi jemputnya."

"Iya ini udah bangun."

"Iya udah, sana mandi."

"Iya iya."

"Jangan iya iya doang, buruan kerjain!"

"Ya gimana mau mandi, orang lo nya masih nelpon!"

"Eh, iya, ya."

Tut.

Yuna lantas mengakhiri sambungan teleponnya. Kemudian menaruh ponselnya di meja belajarnya. Lalu membereskan mukena dan sajadahnya, untuk bersiap-siap mandi.

25 menit berlalu.

Yuna keluar kamarnya, si ketua OSIS itu sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Dia melangkah ke ruang makan yang terhubung langsung dengan dapur, dimana ada Ayahnya yang tengah menikmati segelas kopi sambil membaca berita online di-tab miliknya. Sementara Ibunya tengah memasak ditemani Yola, yang tengah bermain dengan bonekanya di lantai dapur.

"Selamat pagi kesayangan Mba!" Yuna berhambur memeluk Yola, kemudian menciumi pipi bulat Yola dengan gemas.

"Mba bawain nasi gorengnya nih ke meja makan," kata Bu Wulan seraya menyodorkan sepiring besar nasi goreng.

Yuna pun mengambil nasi goreng tersebut, dan membawanya ke meja makan. Namun, saat dia baru saja meletakan nasi gorengnya, bel rumahnya tiba-tiba berbunyi.

Ting! Nong! Ting! Nong!

"Coba di cek Mba, siapa yang datang tuh," perintah Pak Alingga, yang masih fokus menatap layar tabnya.

Yuna pun berjalan kearah pintu. "Siapa yang bertamu pagi-pagi begini?" gumamnya penasaran.

Ting! Nong!

"Iya, iya seben ... tar ...,"

Darto!?

"Ayo berangkat!"

Mata Yuna membulat dengan sempurna, saat melihat Darto yang sudah berdiri di depan gerbang rumahnya. Bahkan, saking terkejutnya, mulut Yuna sampai termegap-megap.

"Siapa yang datang, Mba?" tanya Pak Alingga.

"Eh~ anu ... Darto, Yah," Yuna menjawab, sedikit gelagapan, karena masih terkejut sama kedatangan Darto.

"Oh, suruh masuk dulu lah."

"I-iya, Yah."

Yuna lantas mengambil kunci gerbang di atas meja dekat pintu. Cewek itu melirik sekilas jam yang menempel di dinding ruang tamu, waktu masih menujukan pukul 05.57, dia pun melangkah keluar, membuka gerbang rumahnya. Dilihatnya Darto yang wajahnya masih seperti wajah orang yang baru bangun tidur, rambutnya bahkan masih basah dan gak disisir, seragam sekolahnya juga gak rapi.

"Ayo berangkat," Darto mengulang kalimatnya.

"Ini, masih pagi To. Kamu kepagian jemputnya."

"Ck, gue dateng telat salah! Gue dateng pagi salah! Serba salah gue kaya Raisa!" Darto menggerutu, seraya berbalik hendak duduk di vespanya.

Yuna pun terkekeh pelan melihat tingkahnya.

"Aku gak nyalahin kamu, To. Bagus malah kalo kamu dateng pagi--"

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang