BAB 33 Kesempatan kedua

625 132 27
                                    

"Jangan takut buat berjuang dan berkoban, buat dapetin cewek yang udah bikin lo berubah jadi lebih baik."

Oke, dengan berpegang teguh sama kata-kata sahabat karibnya. Darto telah memutuskan untuk berjuang dan berkorban untuk kembali mendapatkan kepercayaan Yuna. Cewek menyebalkan yang entah kenapa mampu menjungkir balikan hatinya, dan juga cewek yang entah kenapa air matanya teramat sakti hingga mampu menyesakkan dadanya.

Mulai hari ini, Darto berjanji, pada dirinya sendiri, bahwa dia ... bakal benar-benar berubah, buat Yuna.

Darto membuang puntung rokoknya, sebelum benar-benar sampai di depan rumah Yuna. Pagi ini, seperti biasa, pukul 05.45, Darto sudah sampai di rumah Yuna, buat menjemput si ketos cantik itu agar berangkat sekolah bersama, seperti kemarin-kemarin. Meskipun hati kecilnya terus merasa ketar-ketir, dan pikiranya terus digerogoti oleh segala kemungkinan terburuk, karena terus teringat hal yang terjadi diantara mereka berdua kemarin. Tapi, Darto sudah gak bisa mundur lagi, dia sudah salah dan dia harus bertanggung jawab atas kesalahannya.

Jantungnya tiba-tiba memompa lebih cepat, kala Darto hendak menekan tombol bel rumah Yuna. Kenapa sampai segugup ini? Padahal kemarin-kemarin biasa saja. Ya ampun, Darto gak habis pikir, kenapa usaha pertamanya buat berubah, bisa membuatnya deg-degan kaya gini. Kayanya, Darto harus ikut senam jantung sehat sama ibu-ibu lansia di rumahnya deh, mulai besok.

Darto menghela nafas panjang, sambil komat-kamit merapal mantra yang gak jelas apa artinya, dia pun menekan tombol bel rumah Yuna.

Ting! Tong!

Beberapa saat kemudian, Yuna pun keluar, tentu sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Dengan malas, Yuna melangkah ke gerbang rumahnya, untuk membukakan kunci gerbangnya. Baik sikap dan ekspresi di wajahnya pun seperti yang sudah Darto kira sebelumnya, Yuna masih marah dengannya.

Tanpa mengucap apapun, Yuna langsung berbalik masuk ke dalam rumahnya, tapi tentu Darto gak bakal diam saja. Tangannya langsung terulur, menggenggam pergelangan tangan kanan Yuna, memaksa cewek itu untuk berbalik ke arahnya.

"Yuna ...."

Yuna berdecak, dan memandangnya dengan malas. Sialnya, sikapnya itu, semakin membuat hati Darto cenat-cenut. Sejahat itukah Darto kemarin? Sampai-sampai Yuna jadi begini sama dia?

"Yuna, gue mau ngomong--"

"Silahkan ngomong sama Ayah, minta sama dia buat batalin perjodohan kita," sela Yuna, nadanya begitu dingin dan ketus.

"Yuna, enggak ...." kedua tangan Darto kini bergerak menggenggam kedua tangan Yuna.

Darto melakukan hal yang sama, seperti yang Udyn lakukan ke Inem. Karena memang, gak ada lagi yang bisa dia contoh dan tiru, selain Udyn, di WMT juga gak ada yang bucin kaya Udyn. Selanjutnya, dia juga melakukan hal yang sama seperti sahabatnya itu, yaitu menatap lekat cewek di hadapannya, Yuna. Mengunci matanya, mata yang entah sejak kapan terlihat begitu indah, baginya.

"Gue gak mau ngomong kaya gitu ke Ayah lo. Gue cuma mau ngomong sama lo, gue minta maaf, kemaren gue kebawa emosi Yuna, gak ada maksud buat ... nyakitin perasaan lo, dan mengakhiri hubungan ini ...." Darto malah melepas tatapan matanya dari Yuna kala mengucap kalimat terakhirnya. Terlalu indah untuk dipandang lama-lama, dan mental Darto belom kuat untuk itu.

Yuna diam, seolah gak terpengaruh dengan kata-kata Darto. Entah sudah berapa kali Darto mengucap kata maaf, tapi sudah berapa kali juga Darto kembali membuat kesalahan. Ego Yuna terus bergejolak, meyakinkan dirinya bahwa dia hanya terbawa suasana saja, dan Darto gak bakal bisa menyadari apa yang dia rasa.

Jadi, buat apa lagi mereka terus kaya gini?

Yuna pun berbalik lagi, melepas genggaman tangan Darto. Tapi, Darto lagi-lagi menghentikannya, kali ini sikap Darto sedikit membuatnya terkejut. Cowok itu menangkup wajahnya dengan kedua tangannya, menyentuh pipinya dengan begitu lembutnya, dan menatapnya dengan mata yang berbeda dari sebelumnya.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang