"Tetep aja nanti, lo nikahnya sama gue, Yuna."
Ah, Darto memang paling jago deh, kalau urusan bikin hati cewek melting. Sebelumnya Aisa, terus Rere, sekarang Yuna yang melting sama dia. Gara-gara Darto, Yuna jadi senyam-senyum sendiri di atas ranjangnya. Hatinya berteriak kegirangan, setelah tau bahwa Darto juga punya rasa yang sama seperti yang dia rasakan.
Kalimat itu terus berputar dalam otaknya, sukar buat dihapus, atau mungkin, gak akan pernah bisa dihapus. Sebab Yuna pun gak menyangka, bahwa jatuh cinta itu sebahagia ini, bisa membuatnya tertawa-tawa sendiri, kadang sampai guling-gulingan diatas ranjang.
Bahkan, saking bahagianya, dia lupa sama perjanjian awal yang mereka sepakati. Karena sekarang tujuan Yuna sudah berubah seiring perasaannya sendiri. Semenjak malam minggu kemarin–tanpa Yuna sadari–dia mulai menerima perjodohan ini, karena baik dirinya dan Darto sama-sama saling ... cinta.
Jauh di dalam lubuk hatinya, dia seperti ingin terus-terusan bersama Darto. Gak tau gimana ceritanya bisa sampai kaya gini, dia juga gak ngerti, dia bahkan sampai salah tingkah sendiri, bingung harus kaya gimana. Sebenarnya, Yuna sedari tadi sudah berusaha menge-chat Darto, namun calon jodohnya itu gak membalas.
Memang selalu seperti itu, setiap hari minggu atau hari libur lain yang membuat Darto dan Yuna gak bisa berangkat sekolah bersama. Termasuk juga hari ini, meskipun sekarang hari Senin, tapi mereka berdua enggak sekolah. Sebab kelas 12 sedang melaksanakan ujian try out, jadilah kelas 11 dan 10 diliburkan.
Menyebalkan memang, tapi Yuna gak sepenuhnya bisa menyalahkan Darto. Toh dari awal, mereka pun–hampir–gak pernah chatting-an kalau hari libur, karena memang sama-sama enggan untuk saling berhubungan. Tapi kalau sekarang jelas beda ceritanya, kalau sekarang mereka beneran cinta. Yaaa, Yuna bisa apa?
Gak kehabisan akal, Yuna tentu ingat kalau dia juga punya kontak orang yang dekat sama Darto, siapa lagi kalau bukan Mama Aya. Orang yang rutin dia hubungi tiap seminggu sekali, guna memberikan laporan tentang perubahan sikap Darto. Malahan, entah Yuna gabut atau memang niat, si ketua OSIS itu memberikan laporan perubahan sikap Darto yang dijabarkan dengan grafik tabel dan dikirim dalam bentuk file pdf ke Mama Aya.
Senyum Yuna langsung terpatri kala tau bahwa Mama Aya sedang online. Dengan segera, jempol Yuna bergerak ke sudut kanan atas roomchat-nya dengan Mama Aya, lalu menekan simbol untuk video call. Sembari menunggu video call-nya dengan Mama Aya tersambung, Yuna merubah posisinya jadi duduk bersila di atas ranjang, dan membenarkan rambutnya yang sedikit acak-acakan.
Tut ... Tut ... Tut ...
Yuna kembali tersenyum, kala layar ponselnya menampilkan wajah Mama Aya.
"Hallo Neng!" sapa Mama Aya.
"Hallo Mah! Asalamualaikum!"
"Waalaikumsalam, tumben video call, kangen ya?" tanya Mama Aya sedikit menggoda. Yuna pun terkekeh pelan, lalu mengangguk.
"Mama lagi dimana?" tanya Yuna, sedikit mengerutkan keningnya.
Mata Yuna melirik tembok yang ada di belakang Mama Aya. Yuna tau, bahwa itu bukanlah tembok rumah Mama Aya.
"Mama lagi senam ibu hamil," jawab Mama Aya.
Yuna pun memanyunkan bibirnya membentuk huruf 'O' sambil manggut-manggut. Tapi, sedetik kemudian, Yuna pun sadar.
"Eh, berarti Yuna ganggu Mama dong ...."
"Enggak kok."
"Mama lagi istirahat, kah?" tanya Yuna lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)
Teen FictionPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. No #1 - jaksel (20-02-2022) No #1 - Jin (23-03-2023) No #1 - lawak (27-04-2023) No #1 - bencijadicinta (22-08-2023) *** Kehidupa...