Brak!
"Apa!!!" teriak Darto, sambil berdiri, setelah menggebrak meja kaca di ruang tamu.
Keterkejutan terpampang jelas di wajahnya, gak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Bapaknya.
"Darto!" geram Bu Aya, memandang tajam ke arah anaknya.
"Tenang dulu kenapa--"
"Gimana mau tenang, Mak!" sela Darto, nadanya masih tinggi.
"Kalo Bapak bilang kaya gitu!"
"Tapi ini supaya lo bisa belajar tanggung jawab, To!--"
"Tanggung jawab apaan, Mak!?" sela Darto lagi, dia mengambil nafas sejenak.
"Jangan bercanda!"
"Apa muka Bapak kaya orang bercanda, To!?" Pak Galih menimpali, wajahnya yang biasanya tenang. Kini menampilkan sedikit kemarahan, karena tingkah Darto. Tapi, Darto gak menggubris Bapaknya yang mulai marah--padahal sangat jarang, bahkan gak pernah marah, sebelumnya.
"Kaga! Kaga! Kaga!" Darto mulai melangkah, hendak menuju ke kamarnya.
"Ngada-ngada aja!!!" teriaknya kesal.
"Darto!--"
"Hush, sabar, Pak." Pak Alingga menahan Pak Galih yang hendak bangkit dari duduknya.
"Darto pasti kaget, sebab ini terkesan mendadak, buat dia." ujarnya.
"Mohon maaf, Pak, Bu. Begitulah Darto, kalo Bapak, Ibu ingin tau," kata Bu Aya, seraya menghela nafas pasrah.
Selang beberapa lama, Darto kembali turun. Tapi bukan untuk kembali nimbrung bersama mereka yang ada di ruang tamu, melainkan melenggang pergi keluar rumahnya.
"Mau kemana!? Darto! Dengerin dulu--"
"Kaga ada yang musti di dengerin, Mak!" sela Darto, dia berhenti melangkah, dan kembali menghadap ruang tamu,
"Darto gak mau dijodoh-jodohin!!! Apalagi dijodohin sama dia!!!" lanjutnya, sambil menunjuk Yuna.
Bam!
Darto pun pergi, dan membanting pintu rumahnya dengan keras. Sudah dipastikan betapa marah dan terkejutnya dia sekarang, karena perjodohan yang dilakukan orang tuanya--yang terkesan sangat konyol menurutnya.
Sayup-sayup suara vespanya terdengar meninggalkan teras rumahnya.
"Astagfirullah hal azim ...," gumam Bu Aya, satu tangannya mengelus-elus dadanya, satu tangannya lagi menyentuh lembut perutnya yang tengah mengandung.
Suasana di ruang tamu pun seketika berubah menjadi canggung.
"Ayah, Ibu ...," Yuna akhirnya angkat suara, ini adalah waktu yang tepat untuknya.
"Sekarang udah liat, kan? Gimana kelakuan dia," kata Yuna, matanya kini bergulir pada Bapak dan Emaknya Darto, "Mohon maaf sebelumnya, Om, Tante. Tapi ... Kami berdua, gak cocok--"
"Hush! Yuna! Kamu ini apa-apaan, sih!?" geram Pak Alingga.
"Udah-udah, jangan memperkeruh suasana, Yuna," ujar sang Ibu, Bu Wulan.
"Tapi, Bu--"
"Kamu bener kok, Neng."
Ucapan Yuna terhenti, karena Bu Aya. Emaknya Darto itu tersenyum miris, mengakui kelakuan anaknya sendiri,
"Pak Alingga mau kopi apa? Biar saya buatin, gak enak kalo ngumpul gak ada minumannya," kata Bu Aya, seraya bangkit berdiri.
Mencoba mencairkan suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)
Novela JuvenilPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. No #1 - jaksel (20-02-2022) No #1 - Jin (23-03-2023) No #1 - lawak (27-04-2023) No #1 - bencijadicinta (22-08-2023) *** Kehidupa...