BAB 7 Konser di Kantin.

726 166 40
                                    

Hari kamis ini hampir Darto lewati tanpa masalah. Iya, hampir, sebab saat ini Darto tengah berada di kantin bersama Udyn. Padahal saat ini bukan jam istirahat, melainkan jam pelajaran. Tapi berhubung guru yang mengajar di kelas mereka gak masuk hari ini, jadilah mereka berdua keluar kelas untuk nongkrong di kantin.

Disisi lain, Yuna dan Rere tengah mengantarkan tugas kelas mereka ke ruang guru, Rere yang haus lantas mengajak Yuna untuk mampir membeli minum di kantin. Kejadian selanjutnya pun sudah bisa ditebak, Yuna melihat Darto sedang berada di kantin pada jam yang bukan semestinya.

"Kenapa ada di sini!?"

Darto dan Udyn pun terkejut. Perlahan, mereka berdua menoleh ke belakang, ke tempat Yuna berdiri.

"Lo sendiri kenapa ada di sini?" Darto malah balik bertanya. Sementara Udyn hanya diam dengan raut wajah paniknya.

Bukan hal yang aneh melihat Udyn seperti itu. Sebab Udyn juga pernah merasakan ketegasan Yuna dalam menindak siswa-siswa yang melanggar peraturan. Jika dihitung, sudah empat kali Udyn ke tukang jahit, karena seragam dan celananya di gunting oleh Yuna. Udyn juga enggak seberani Darto, kalau urusan melawan Yuna sang ketua OSIS yang sudah pasti mendapat dukungan dari guru-guru.

Yuna menghela nafas kasar, sulit memang menghadapi Darto, si anak nakal yang gak pernah mau kalah.

"Cepet balik ke kelas! Ini bukan jam istirahat!" kata Yuna, kesal.

"Yee lo juga ngapain ke kantin sekarang?" Darto bertanya lagi.

Namun, disaat Yuna hendak berucap, Rere datang–setelah sebelumnya membeli air mineral di salah satu kios kantin.

"Ayo, Na," ajak Rere, dia sempat bertukar pandangan dengan Darto, se-per-sekian detik. Tanpa sadar, Rere tersenyum tipis pada Darto.

"Awas aja kalo kalian masih di sini, saya bakal lapor guru!" ancam Yuna, kemudian berbalik, hendak pergi.

"Eh ... Na, biarin aja sih, mungkin lagi gak ada guru kelas mereka," ujar Rere, menasehati Yuna.

"Tuh bener apa kata temen lo! Kelas gue emang lagi kaga ada guru." Kata-kata Darto membuat senyum Rere mengembang.

"Tetep aja gak boleh, Re!" Yuna menyanggah.

"Ya udah deh," Rere pun pasrah, matanya bergulir kembali memandang Darto,

"Eum ... Darto lo mending balik ke kelas dulu deh, lo tau kan Yuna kalo marah seserem apa?" Rere berkata pada Darto.

"Kok lo kenal gue?" tanya Darto, sambil menunjuk dirinya sendiri. Sontak membuat Rere juga jadi salah tingkah sendiri.

"Emang siapa sih yang gak kenal Darto si anak nakal?" sindir Yuna.

Darto lantas berdiri, gak terima disindir seperti itu. Dia melangkah mendekati Yuna, sampai akhirnya mereka saling berhadapan. Terbesit kebencian dari dalam mata Darto, hal yang sama juga terlihat dari dalam mata Yuna.

Mereka seolah saling menantang, saling pandang, mungkin saking bencinya mereka terhadap satu dengan yang lainya. Darto dan Yuna sampai gak sadar, bahwa jarak diantara wajah mereka berdua begitu dekat.

"Apa masalahnya buat lo? Kalo gue anak nakal?" Darto bertanya dengan penuh penekanan.

"Ya jelas masalah, kamu ngerepotin saya, ngerepotin Aisa, ngerepotin seluruh anak OSIS dan guru-guru. Karena kelakuan kamu yang seenaknya itu! Kamu pikir tingkah kamu itu keren? Kamu pikir ini sekolah kamu? Kalo kamu gak mau di atur mending gak usah sekolah di sini! Atau mending gak usah sekolah aja sekalian!"

Jleb!

Darto terdiam, namun kedua tangannya terkepal erat. Ingin rasanya mencubit pipi Yuna, saking kesalnya. Sayangnya, Darto gak mungkin menyakiti cewek. Mau di taruh dimana harga dirinya? Kalo sampai tega main tangan sana cewek? Senakal-nakalnya Darto, dia tetap seorang cowok yang gak bisa melawan cewek.

Yah ... meskipun kemarin, dia membuat cewek yang sekarang berdiri sangat dekat dengannya menangis. Darto mundur selangkah menjauhi Yuna, kata-kata sang ketua OSIS itu seolah mampu menyentil jiwanya, mengiris hatinya, mencubit ginjalnya dan menampar wajahnya. Semua kalimat yang di lontarkan Yuna itu nyelekit banget sampai ke ulu hatinya.

"Kenapa diem aja? Gak bisa jawab?" tanya Yuna, dan menatap remeh Darto.

"Na ... udah lah, mending kita anter tugas kelas dulu," ujar Rere menyudahi perdebatan dua insan itu.

"Iya, ayo." Yuna pun berbalik pergi, diikuti oleh Rere.

"Emang gue udah ngerepotin banyak orang ya, Dyn?" tanya Darto pada Udyn, yang sedari tadi hanya diam menyimak.

"Kok lo jadi pedicure si?"

"Pedicure bukannya yang ngerawat kuku itu ya?"

"Itu insecure!" jawab Udyn gemas, sementara Darto hanya manggut-manggut.

"Inget to, Yuna boleh aja menghina lo atau gue sebagai anak nakal. Itu karena dia gak tau, perjuangan kita ngebela nama sekolah ini di luar sana, ngelawan sekolah laen yang udeh ngehina sekolah kita," kata Udyn, penuh penghayatan.

"Bener juga ya, kenapa orang-orang cuma mandang kita sebelah mata? Padahal mereka punya dua mata." Darto nampak berpikir, sedikit manggut-manggut.

"Yah namanya juga manusia. Udah gak usah dengerin omongan Yuna. Gak apa-apa nama kita jelek di sekolah, asal nama sekolah kita harum di luar. SMA Palapa Jawaranya Jaksel!" Udyn lanyas mengepalkan sebelah tangannya pada Darto.

"Yoi!" Darto pun membalas kepalan tangan Udyn.

Dua sahabat itu memutuskan, untuk mengharumkan nama sekolahnya, lewat jalur tawuran.

Sungguh murid yang sangat berprestasi.

🌹

Waktu istirahat pun tiba, kantin yang awalnya hanya ada Darto dan Udyn perlahan mulai ramai oleh murid-murid yang lain. Namun, yang paling berisik dan heboh tentu saja anak-anak 11 IPS 5 alias kelasnya Darto. Mereka ke kantin membawa gitar dan cajon, menyulap kantin seperti menjadi restoran yang memiliki live music. Darto yang mahir bermain gitar sambil menyanyi, dan Udyn yang pandai memainkan cajon. Mulai membawakan lagu-lagu yang mereka hapal.

Sampai puncaknya, seluruh penghuni kantin ikut bernyanyi, dikala Darto membawakan lagu Pelangi Di Matamu, milik band Jamrud. Sampai-sampai membuat Yuna, yang sedang berada di perpustakaan--di lantai 2 tepat diatas kantin--terganggu karena suara berisik dari bawah.

Yuna lantas turun ke bawah, dan mendapati suasana kantin yang seperti konser. Dengan Darto dan Udyn yang bernyanyi diatas salah satu meja kantin. Bahkan, beberapa pedagang kios di kantin merekam Darto dan Udyn. Kapan lagi ada konser gratis di sekolah? Apalagi dengan suara Darto yang benar-benar indah.

Yuna hanya terdiam di tempatnya berdiri. Melihat ke arah Darto yang tengah bernyanyi. Walaupun sulit untuk diakui, tapi suara Darto memang merdu.

"Ada yang lain~ di senyummu~ yang membuat lidahku~ gugup tak bergerak~"

Sampai akhirnya, Darto juga melihat ke arah Yuna. Waktu terasa melambat ketika mata mereka bertemu.

"Ada pelangi~ di bola matamu~ yang memaksa diri~ tuk bilang ...."

Baik Darto maupun Yuna, seperti gak ada yang mau melepaskan pandangan mereka.

"Aku sayang padamu ...."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang