BAB 26 Antara Rere, Aisa, dan Yuna.

618 138 11
                                    

Rere kini sampai di tempat yang dia tuju, yaitu kantin. Matanya bergulir, menelisik ke seluruh penjuru tempat itu, dan berhenti disatu titik. Pada deretan meja kantin paling pojok, pas depan kios yang menjual bubur ayam khas Cirebon, meja dimana Darto berada.

Senyum langsung terkembang di wajah cantiknya Rere, dia berjalan cepat sambil menarik rok sekolahnya yang ketat ke atas.

"Hai, To," sapa Rere, sambil mendudukan dirinya di sebelah Darto.

Darto pun nyengir, lalu menjawab "Hai juga hehe,"

"Mau makan? Udah sarapan belum?"

"Udah sih, tapi masih laper gue," jawab Darto, padahal Darto tadi pagi sudah sarapan di rumahnya dan di rumah Yuna.

"Ya udah, mau makan apa?" Rere bertanya lagi.

"Lo mau beliin?" Darto balik bertanya, menatap Rere penuh harap.

Cewek itupun hanya terkekeh pelan, kemudian mengangguk samar.

"Gue mau makan bubur!" Darto menjawab antusias. Tentu saja, dia gak bakal menyia-nyiakan kesempatan buat makan gratis.

"Ya udah gue pesen–"

"Gak usah," sela Darto, sambil menahan Rere yang hendak bangkit dari duduknya itu.

"Biar gue aja yang pesen, lo duduk anteng aja di mari ya. Lo kan bayarin bubur gue, nah gue bayarin minumnya, gimana?"

Rere kembali tersenyum, dan mengangguk setuju. Cewek itu memang nampak tenang dari luar, tapi beda kalau dari dalam. Sebab hatinya bergemuruh diterpa ombak kebahagiaan, mendapati perlakuan Darto padanya. Rere membelikan makan, Darto membelikan minum. Ya ampun, bahagia ternyata sesederhana itu.

Selang berapa lama, dua mangkok bubur ayam dan dua gelas es teh manis pun tersaji di depan Rere. Bersamaan dengan bel tanda jam istirahat yang menggema seantero SMA Palapa. Mereka berdua memang keluar dari kelas beberapa menit sebelum jam istirahat, maka sebab itu Rere mengajak Darto ke kantin tadi, niatnya biar sekalian istirahat berdua.

Darto dan Rere pun menikmati makanan mereka dengan diselingi beberapa percakapan kecil, kadang Rere terkekeh pelan mendengar cerita atau gurauan yang dituturkan oleh Darto. Sudah dibilang, Darto itu orangnya lucu, dan selalu membuat siapa pun disekitarnya tersenyum dan tertawa, kecuali Yuna–mungkin. Perbincangan mereka pun terus berlanjut selepas makan, Darto menceritakan apa saja, mulai dari curhat karena selalu kalah saat main game karena selalu dapat tim noob, lalu spoiler anime yang sedang dia ikuti–meskipun Rere gak ngerti, sampai bagaimana rasanya kena bacok dan rasanya dijahit tanpa obat bius.

Hanya ada dua hal, yang gak Darto beberkan pada Rere. Yang pertama adalah, perjodohannya dengan Yuna. Tentu saja, mereka berdua sudah sepakat untuk merahasiakan ini, dan Darto memang enggan menceritakannya pada siapapun di sekolah. Karena, menurut Darto, perjodohan adalah hal yang konyol dan memalukan, apalagi dijaman sekarang, jamannya generasi tiktok. Yang kedua, hal yang gak Darto bilang ke Rere, adalah kemana saja dia jika sedang bolos sekolah. Karena hanya dia, Tuhan, dan Udyn yang tau.

Suasana kantin pun semakin lama semakin ramai, membuat perbincangan mereka tenggelam dalam hingar bingar murid-murid SMA Palapa yang lain. Sedari tadi, Rere hanya menyimak apa yang Darto katakan, sambil sesekali memberi respon. Biar begitu, senyumnya gak pernah luntur, dan matanya gak pernah sekalipun beralih dari Darto.

Rere mengagumi cowok nakal di sebelahnya dalam diam, dan berharap, semoga sedikit lagi, dia bisa mengatakan perasaannya yang sudah lama dia pendam. Tanpa dia sadari, bahwa ada sepasang mata yang menatap ke arahnya dari kejauhan.

Sementara itu, disisi lain, Udyn dan beberapa teman sekelasnya termasuk Aisa, baru saja tiba di kantin. Mata sipit Aisa bergulir mencari keberadaan Darto, sampai berhenti pada salah satu meja, dan seketika membuat mata sipitnya sedikit terbuka.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝑫ᴀʀᴛᴏ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang