Happy Reading 💚
Janus tersenyum membalas sapaan beberapa suster atau dokter yang berpapasan dengannya. Sepatu pantofelnya terus melangkah menyusuri lorong rumah sakit yang untungnya di saat siang hari tidak terlihat mengerikan.Sejujurnya, Janus tak suka tempat ini. Bau obat-obatan yang menguar kuat di sini membuatnya mual. Terlebih lagi cerita seram yang suka beredar tentang rumah sakit membuatnya makin enggan menginjakkan kaki di tempat ini. Tapi, siapa yang menduga. Janus akhir-akhir ini sering mengunjungi rumah sakit, lebih tepatnya mengunjungi sepupunya.
Langkah kakinya berhenti sebentar di depan pintu putih dengan papan nama tergantung bertuliskan "Dr. Awan Deska Cakrawala". Tangan kiri Janus yang mengenakan rolex hitam itu mendorong pintu lalu kakinya melangkah masuk.
"Hei pak dokter"
Sapa Janus sambil duduk asal di atas sofa yang tersedia."Lo ga ada kerjaan ? Sampai berkeliaran di rumah sakit gue"
Janus terkekeh lalu dengan songongnya mengangkat satu kakinya. Gaya duduk ala-ala bos besar.
"Mengunjungi tempat kerja sepupu sendiri apa salahnya ?"
Awan menutup laptopnya lalu menatap Janus penuh selidik. Penampilan pemuda itu masih sangat rapi dengan jas hitam yang membungkus kemeja putihnya, rambut hitamnya ditata rapi ke belakang hingga jidat kinclong yang membuat para wanita di luar sana tak berkedip melihatnya terpampang jelas, sepatu pantofelnya juga masih mengkilap. Awan curiga, pemuda itu berangkat bukan dari Janus corperation melainkan dari rumahnya.
Jam makan siang saja masih tiga jam lagi. Untuk ukuran seorang CEO perusahaan raksasa, Janus terbilang sangat santai. Apakah seluang itu jadwalnya hingga bisa mengunjungi Awan ?
"Ada niat terselubung apa lo ?"
"Ga baik seudzon sama cogan"
"Jadwal operasi gue masih banyak, Nus. Jangan bertingkah dulu"
"Kenapa ya orang-orang kalo sama gue bawaannya nethink mulu"
"Karena aura lo negatif"
"Enak aja. Aura gue postif, kalau di film animasi, ini sekitar gue ada cahaya putihnya. Cahaya keberkahan"
Awan merotasikan malas bola matanya.
"Udah ya gue mau ke ruang operasi. Jangan berantakin ruangan gue"
Janus mengangguk saja, tangan kirinya melambai menyuruh Awan agar segera pergi. Sepertinya pemuda berlesung pipi itu lupa jika ini daerah kekuasaan Awan.
.
.
.
.
."Bulan depan atau dua bulan lagi gue mau ke Jerman"
"Terus ?"
"Ya ga ada terusannya"
Awan mendengus, meletakkan sendok dan garpunya di piring, lalu menatap Janus sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KASTARA ✔
Fanfiction[ completed ] "Punya adik tiga bikin nyebut semua " -Alpha "Hidup itu dibawa selow aja. Jangan kaya orang susah. Take it easy" - Janus "Macam-macam sama gue = smekdon" -Venus "Gue jadi kaya Boy di sinetron anak jalanan keren kali ya ? Coba ah" -Leo ...