Janus udah selesai milah-milah baju yang mau dia bawa ke Jerman. Sebagian besar yang diangkutnya adalah kaos, jeans dan hodie. Sisanya hanya beberapa kemeja dan jas serta sepatu.
Janus juga udah mulai merancang kegiatannya di Jerman. Selain kerja, tentu dia juga mau jalan-jalan. Pokoknya Janus harus ngunjungin tempat-tempat wisata di Jerman terus ambil foto yang banyak biar bisa dipamerin ke saudaranya plus Ando. Janus bahkan udah bisa ngebayangin gimana muka kecutnya Ando dan gerutuan pemuda bertubuh jangkung itu. Pokoknya semakin kesal Ando semakin senang Janus. Bahagianya hidup.
Tapi sebelum bersenang-senang dengan semua itu, alangkah baiknya Janus menyelesaikan urusan di istana kecilnya ini dulu. Masalah Leo belum selesai jadi Janus ga bisa tenang juga. Janus melenggang dari kamarnya, turun ke dapur buat ngambil air dingin di kulkas. Niatnya sekalian mau ngambil stok yogurt dingin buat Leo. Hhh masih herman dia tuh, adiknya di rumah nyemil Yoghurt terus di luar malah nyemil rokok.
"Idih-idih maling yoghurtnya Leo"
Janus meledek Venus yang lagi menunduk di depan kulkas sambil meraih yoghurt aneka rasa milik Leo.
Venus kalo ga lagi dalam mode sabar, udah dia sumpel mulut Janus pake ulekan. Nada suaranya Janus tuh kaya anak sd ngeledek temennya, bikin Venus dongkol.
"Apasih orang ini buat Leo. Sekalian buat aku juga sih. Tapi ga ada urusannya sama abang"
"Cie kita sehati"
Venus melirik julid. Sehati ? Sepankreas kali ah. Hati Venus hanya untuk Mars seorang. Eits belum apa-apa udah mulai bucin aja dia. Sadar Venus, sadar.
"Ga jelas dih. Sehati darimana ?!"
Seiring dengan mulut Venus yang mengomel, mulut Janus juga tak tinggal diam. Pemuda itu menirukan gaya bicara Venus tanpa suara yang tentu saja membuat Venus mendelik kesal dan berakhir spons cuci piring mendarat di wajah kebanggan Janus.
"Santai dong. Ga usah pake segala lempar spons. Dikata wajah abang piring kotor apa."
"Huh emang kotor. Makanya harus dibersihin"
"Hih iming kitir. Mikinyi hiris dibirsihin"
Venus mendengus keras, sengaja dikerasin biar Janus denger. Punya abang modelan Janus, Venus harus tahan diri setiap hari biar ga khilap lelepin abangnya itu ke kolam ikan pak erte. Daripada dia makin kesel, Venus milih cepet-cepet pergi. Tapi sayangnya, Janus malah ngekorin dia ke kamar Leo. Venus ga mau ambil pusing, karena abangnya kayanya juga emang mau ke kamar Leo. Yang jelas kalo Janus ada aja kelakuan anehnya abis ini, tolong ingetin Venus nyembur Janus pake air dingin yang dibawa pemuda itu.
Ga pake ketok-ketok atau salam, Venus sama Janus main asal masuk ke kamar Leo. Keduanya menyernyit tak menemukan Leo di atas kasur dan juga kamar mandi. Tapi saat melihat pintu balkon sedikit terbuka, keduanya berjalan lebih dekat ke arah balkon.
"Abang emang salah"
Venus dan Janus saling bertatapan. Janus mengedikkan bahu acuh lalu membuka sedikit gorden untuk mengintip. Venus mengikuti Janus, netranya menangkap sosok Leo dan Alpha yang tengah duduk sampingan di balkon.
"Itu mereka ngapain ?" Venus berbisik kepada Janus.
"Gosipin anaknya pak erte"
"Hah ? Masa ? Masa Bang Alpha gibahin anak orang sih"
Janus menatap Venus tak habis pikir. Percaya aja lagi adeknya itu.
"Bang Al kan juga manusia. Manusia itu sulit lepas dari pergibahan" bisik Janus.
"Hm bener juga. Kaya Bang Janus suka gibahin terus julidin Bang Ando"
Janus mendelik, lalu membuang muka bodo amat. Kelemotan Venus di skip dulu, Janus pengen mengandalkan kekuatan telinganya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KASTARA ✔
Fanfiction[ completed ] "Punya adik tiga bikin nyebut semua " -Alpha "Hidup itu dibawa selow aja. Jangan kaya orang susah. Take it easy" - Janus "Macam-macam sama gue = smekdon" -Venus "Gue jadi kaya Boy di sinetron anak jalanan keren kali ya ? Coba ah" -Leo ...