07

1.7K 205 17
                                    

Ckiit

Brak

"Ada anak kecilnya. Yang itu masih sadar, hati-hati takutnya ada yang retak"

"Ma-mamah"

"Ka-kak Ven-nus ja-ngan tu-tup ma-ta"

"Tolongin ma-ma ,papa, sa-ma ka-kak a-ku om"

***

Huh huh huh huh

Leo bangun dengan keringat dingin yang mengucur dari pelipis dan juga punggungnya. Jantungnya bertalu kencang dengan nafas terengah-engah.

Lagi-lagi ia bermimpi buruk. Dan kenapa rasanya masih saja menakutkan. Leo menghela nafas dalam-dalam. Dilihatnya sekeliling kamarnya yang dipenuhi nuansa biru cerah.

"Kamar kamu kakak ganti jadi warna biru muda ya"

"Ngga mau. Biru muda warna cewe. Pokonya kamar Leo tetep warna abu-abu"

"Loh kata siapa biru warna cewe ?"

"Kata temen Leo di sekolah, biru muda warna cewe. Abu-abu sama hitam baru warna cowo"

Alpha terkekeh, mengusak rambut hitam Leo.

"Warna itu milik semua orang. Ga ada cewe cowo. Biru muda juga bagus buat cowo. Lagipula kalau kamar Leo warnanya cerah, nanti pas kebangun mimpi buruk, ga takut lagi jadinya"

"Gitu ? Tapi kan ada abang yang nemenin, jadinya Leo ga takut"

"Hm tapi kan abang ga selalu sama Leo"

"Hm yaudah deh terserah abang aja"

Leo menghela nafas. Kenangan masa kecil itu terputar kembali di otaknya. Jika biasanya ada Alpha, Janus atau Venus yang menemaninya di setiap malam peringatan kepergian kedua orangtuanya, sekarang tidak ada lagi. Biasanya jika Leo bangun dari mimpi buruknya, Alpha akan pergi ke dapur membuat segelas susu.
Atau Janus yang dengan abnormalnya malah memberikannya sepiring samyang.

Venus akan berada di sisi ranjangnya, menemani Leo dalam diam atau terkadang mengobrol random. Ngomong-ngomong tentang Venus, apakah kakaknya bermimpi buruk juga ? Leo sangsi ingin bertanya, tapi sepertinya tidak ada pilihan lain selain menghubungi Venus.

Jika tidak diangkat, sukur-sukur kakaknya itu tidur dengan tenang. Jika diangkat, tidak menutup kemungkinan gadis itu kembali bermimpi buruk seperti biasanya.

Leo lantas mencari ponselnya, namun pemuda bertubuh jangkung itu tidak menemukannya di atas kasur ataupun di meja belajar.

"Mungkin di sofa ruang keluarga"
Batinnya.

Leo keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga menuju ruang keluarga yang berada di lantai satu.

"Ko bau mie dah"
Gumamnya begitu mencium sekelebat bau mie, rasanya seperti mie kuah ?

Leo berposititif thinking, mungkin saja itu tetangganya yang sedang lapar malam-malam lalu memasak mie dan tercium sampai ke rumahnya. Tapi, kan rumah di kompleknya rumah besar semua. Udah gitu, ruang keluarganya ini posisinya di tengah-tengah. Ibarat kata jauhlah dari rumah tetangga, masa keciumnya mie nya sampai sini. Kalau di ruang tamu mungkin Leo masih maklum walaupun harusnya ga bakalan kecium juga.

Ga mungkin kan bau mie ini dari dapur rumahnya ? Hanya Leo yang berada di rumah. Bibi yang biasa membersihkan rumah pun sudah pulang sejak sore.

"Ga usah mikir aneh-an---"

Klonteng

Leo terperanjat waktu dengar suara benda jatuh dari dapurnya. Jantungnya mendadak diskoan di bawah sana, mana bulu kuduknya pada berdiri.

KASTARA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang