Tok...tok...tok
"Masuk aja. Ga dikunci."
Venus kembali memoleskan lipstick di bibirnya sembari melihat siapa yang berkunjung ke kamarnya dari pantulan bayangan di kaca riasnya.
Oh, rupanya Janus.
"Masih lama ?" Tanya Janus, masih berdiri di ambang pintu.
"Ga usah dandan. Mau dandan mau ga tetep aja jelek," lanjut Janus bikin Venus mencebik kesal.
"Abang mau ku jejelin lipstick, ha ?!"
"Lagian lama banget, dari Bang Al nyeduh kopi sampe kopinya abis ga kelar-kelar itu mewarnai wajah."
Venus mencibir, menahan segenap rasa kesalnya dalam diam daripada ngomel-ngomel. Akhir-akhir ini, Janus emang suka berkomentar, apa aja yang dilakuin orang-orang di sekitarnya pasti dikomentarin. Licin banget mulutnya, udah persis netizen. Pasti ada aja yang keluar dari mulutnya kaya tadi. 'Mewarnai wajah' atau engga 'Muka kok dicoret-coret.'
HIH. Kesel ga sih ? Mana tampangnya Janus pas ngomong gitu minta banget disiram air es. Ga tau aja dia tuh, calon istrinya juga suka dandan. Kak Mika gituloh, pemilik salon ternama langganan para selebriti tanah air, masa ga demen dandan.
"Lima menit ga selese tinggal ya."
"Ini tinggal pake parfum doang kok," sinis Venus.
"Ke pemakaman jangan pake parfum bau melati."
"Engga elah. Rempong amat si !"
Janus terkekeh, "udah ayo, cepetan. Kasian mereka dah pada nunggu. Dah lama kita ga jenguk mereka."
"Duh, iya abangku sayaaang."
Janus dengan sabar menunggu Venus memasukkan power bank, kotak make up, dan segala macamnya ke dalam tas. Matanya melirik satu koper besar yang berdiri gagah di samping lemari pakaian.
Ah, sebentar lagi ya. Lusa, Venus sudah harus berangkat menimba ilmu ke Jerman. Menyisakan para bujang yang menghuni dan mengurus rumah.
"Venus masih lama ?"
Janus menoleh ke belakang lalu menggeser badannya sedikit, memberi ruang pada Alpha jika ingin masuk ke kamar Venus.
"Tuh kan Ven, sampe disusul Bang Al."
"Iya, ini udah kok. Ayo berangkat!"
Suasana pagi itu masih terasa lembab bekas hujan semalam hingga subuh tadi. Tanah pemakaman yang diselimuti rumput jepang masih basah dan licin. Venus keluar dari mobil dengan hati-hati, takut terpeleset dan mengotori dressnya yang akan ia gunakan untuk foto keluarga nanti.
"Iyuh becek"
Janus berseru lebay begitu hendak turun dari mobil ternyata ada genangan cukup lebar tepat di tempat dimana ia akan berpijak.
"Argh, turun lewat mana nih!"
"Ga usah heboh. Lewat belakang sana," kata Alpha seraya keluar dari mobil.
Janus menggerutu, merundukkan badan dan berpindah posisi ke kursi belakang. Kepalanya sempat kejedot atap mobil, bikin dia mengeluh sakit.
"Awass !" Jangan diinjek itu ---"
"Iya, iya, Bang. Ya kali gue injak." kata Janus memotong ucapan Alpha. Gini-gini Janus tuh hati-hati orangnya dan masih punya hati nurani. Ya kali dia nginjek kaki adiknya sendiri yang kebalut perban dan membengkak.
"Leo, mau pake kursi roda atau kruk ?" tanya Alpha setelah membuka bagasi mobil.
Leo menatap Alpha sejenak kemudian menatap kaki kirinya yang masih diselimuti perban. Berpikir alat bantu mana yang sebaiknya ia gunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KASTARA ✔
Fiksi Penggemar[ completed ] "Punya adik tiga bikin nyebut semua " -Alpha "Hidup itu dibawa selow aja. Jangan kaya orang susah. Take it easy" - Janus "Macam-macam sama gue = smekdon" -Venus "Gue jadi kaya Boy di sinetron anak jalanan keren kali ya ? Coba ah" -Leo ...