Sepelintir asap itu terbang di udara. Terhembus halus lalu terterpa angin malam. Membuatnya cepat menghilang walau baunya masih berbekas dengan jelas. Leo mengapit rokok di antara dua jemarinya. Manik cokelatnya menengadah menatap gelapnya langit malam di atas sana. Tiada bintang, hanya awan tipis dengan cahaya temaram bulan yang berusaha menembus serabut tipis layaknya kapas itu.
"Ma, I miss u so bad" gumamnya parau pada langit di atas sana.
"I need your hug. Leo benar-benar ngerasa sendiri." tambahnya lagi.
Kali ini suaranya bergetar.Tatapan tajam Alpha tadi yang dihunuskan ke dirinya kembali berputar di ingatan Leo. Semua rentetan kalimat yang keluar dari bibir tipis Alpha masih Leo ingat dengan jelas. Helaan nafas pemuda itu, kepalan tangannya, dan amarah tertahan yang tersorot dari matanya Leo tangkap dengan jelas.
Cih. Peduli katanya. Leo ingin tertawa mendengarnya. Abang mana yang dengan percaya dirinya bilang peduli di saat adiknya yang butuh sedikit perhatian tapi malah mementingkan pekerjaan. Abang mana yang bilang peduli tapi saat adiknya terseret kasus tawuran malah pergi ke luar negeri dan mengutus anak buahnya untuk menghadap kepala sekolah.
Leo bahkan masih ingat dengan jelas kalimat Alpha pada saat itu.
"Maaf. Abang ada job di luar negeri. Nanti Pak Anto yang ke sekolah kamu"
Hell. Peduli katanya. Padahal waktu itu yang Leo butuhkan adalah Alpha yang membelanya dan melindunginya dari kasus tawuran yang bahkan Leo sendiri tidak tau sekolah mana yang saling merusuh waktu itu. Leo hanya sekedar lewat lalu dia terseret begitu saja dalam lubang hitam. Janus dan Venus sedang berada di luar kota saat itu, sudah berhari-hari sebelumnya. Hanya ada Alpha. But see, anak buahnya yang turun ke lapangan membela Leo.
Peduli katanya. Tapi hari ulang tahun Leo saja lupa. Leo berani bertaruh abangnya itu juga tak tau apa hobi dan bakatnya. Apa memangnya yang dia tau tentang Leo ? Yang dia tau Leo hanyalah adik bungsunya yang beranjak dewasa dimana seharusnya memiliki kapabilitas dan kemampuan seperti ketiga kakaknya yang terkenal pintar, berprestasi, dan perfeksionis terkhusukan Alpha. Alpha itu tak peduli padanya, dia hanya peduli pada performa Leo yang harus baik.
Jika memang peduli, pemuda itu tak akan mengulang kesalahan yang sama berulang kali. Mengabaikan pesan Leo. Hhh mungkin di sini memang cuma Leo yang terlalu peduli pada Alpha. Sebaliknya Alpha tidak. Miris sekali. Sekiranya itu yang ada di pikiran Leo
Bugh
Rokok di tangan Leo mendarat di antara rerumputan saat sebuah kantong yang entah apa isinya menyapa kepalanya dengan mulus. Leo terlonjak kaget, langsung berdiri dari duduknya dan siap membogem sang pelaku, namun niatnya itu segera ia urungkan saat sosok sahabatnya yang berdiri di sana. Dengan satu tangan menenteng kantong kresek hitam dan satu tangannya lagi berlindung di dalam saku hoodie biru tuanya.
"Kenapa lo ? Natap gue penuh benci gitu"
Leno bertanya santai seraya duduk di trotoar pinggir lapangan komplek.
KAMU SEDANG MEMBACA
KASTARA ✔
Fanfiction[ completed ] "Punya adik tiga bikin nyebut semua " -Alpha "Hidup itu dibawa selow aja. Jangan kaya orang susah. Take it easy" - Janus "Macam-macam sama gue = smekdon" -Venus "Gue jadi kaya Boy di sinetron anak jalanan keren kali ya ? Coba ah" -Leo ...