44

1.5K 198 61
                                    

Venus rasa dunianya berhenti saat mendengar kabar dari Kemal. Ponselnya jatuh meluncur menghantam lantai seiring air matanya ikut turun membasahi kedua pipinya.

Dia tidak bisa memikirkan apapun. Hanya menangis dan menggumam tidak jelas menyebut nama Leo dan Alpha di antara sesenggukannya.

Venus bahkan tidak peduli saat dia keluar mobil, badannya akan basah kuyup tanpa payung. Tiga kali terpeleset di parkiran rumah sakit tetap membuat Venus tidak sadar. Dia tidak sadar apa yang dilakukannya. Terlalu panik dan yang dia butuhkan hanyalah kabar bahwa Alpha dan Leo baik-baik saja.

Janus yang berlari di belakangnya, berusaha mengejar Venus, hanya bisa berdoa sambil menahan tangisnya. Mereka semua tidak menginginkan kabar ini tentu saja. Bolehkah Janus menganggap ini hanya mimpi semata ? Jika iya dia ingin cepat-cepat bangun.

Tapi nyatanya, semuanya bukanlah mimpi. Sejak Kemal mengabari mereka agar bergegas ke rumah sakit karena Alpha dan Leo menjadi korban kecelakaan mobil. Itu semua bukanlah mimpi.

Hingga mereka berdiri mematung di depan IGD dan menjumpai Kemal yang duduk seorang diri di kursi tunggu, Janus dan Venus makin sadar kalau ini memang kenyataan.

"Everything will be okay. Just pray for Bang Al and Leo." Dery yang baru saja tiba langsung memeluk Venus. Tidak tega melihat gadis itu menangis sesenggukan berjongkok di depan IGD sementara Janus masih ngebug, memahami situasi yang tengah terjadi. Mereka bersukur, keduanya selamat tiba di rumah sakit padahal tampak panik dan linglung begini.

"Bisa ceritain kenapa bisa kaya gini ?"

Kemal menatap Janus iba. Dia meraih tangan pemuda itu, membawa Janus agar duduk di sampingnya.

Kemal menghela nafas, melirik Venus yang masih menangis di pelukan Dery dengan Julian yang mengelus rambutnya. Akan lebih baik Venus tidak mendengar ceritanya.

"Alpha sama Leo korban kecelakaan mobil. Ada truk yang nabrak mereka dari belakang."

"Kenapa bisa ?" Tanya Janus mencoba tenang walau tampaknya sia-sia karena tangannya bergetar.

"Kecepatan truk di atas rata-rata, begitu mau rem ternyata remnya blong."

Janus mengepalkan kedua tangan. Wajahnya memerah dengan begitu cepat. Seperti siap memukul siapa saja yang berhasil membuat kedua saudaranya mendekam di dalam IGD.

"KASIH TAU GUE DIMANA SUPIR TRUKNYA ?"

Teriakan Janus cukup bikin para perawat yang berlalu lalang menoleh ke arahnya. Bahkan Dery yang lagi nenangin Venus, udah latah bilang 'eh ayam eh kodok' untung aja mulutnya keburu dibekep sama Julian.

"Nus, tenang ya. Duduk dulu."

"Kasih tau gue siapa supir truknya ?! Dimana dia sekarang ?!"

"Wafat, Nus! Dia Wafat!"

Janus menggeram lalu jatuh terduduk dengan air mata yang tak bisa ia bendung lagi. Dia menyangga kepalanya dengan kedua tangan. Frustasi memikirkan kondisi kedua saudaranya.

Kemal mengelus punggung yang bergetar itu dengan iba. Musibah ini sudah cukup membuat dua Kastara itu jatuh dan menggali kembali kesedihan mereka serupa beberapa tahun silam.

Hujan deras. Kecelakan. Truk. Leo yang kritis. Dan sekarang ada Alpha.

Kemal ikut menangis dalam diam melihat bagaimana kondisi Janus dan Venus. Tidak ada kata lain selain teriris saat melihat keduanya.

Kemal tidak tau apa yang akan terjadi pada keduanya jika mengetahui bagaimana rentetan kecelakaan Alpha dan Leo yang sebenarnya. Kemal rasa mereka tidak perlu tau. Akan lebih baik jika mereka tidak tau.

KASTARA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang