Pada sebuah bisu yang dilukiskan layurnya lampu kota
Yang bertanya tentang suntuknya kehidupan tak berkata
Yang memberi sinar jingga di wajahmu malam itu
Seraya kau berkata; aku tak ingin malam henti di tangis muSunyi yang terus terasa dan tercipta tanpa 'ku kehendaki
Bagaimana mungkin hujan bisa turun perlahan di mataku?
Yang menjalar ke pipiku seolah asik menapaki
Yang terus ku lakukan hanya menatap wajahmu yang ikut haruLalu angin berbisik seolah menyadarkan 'ku dari lamunan
Menghapus air mata itu dari pipimu dengan perlahan
Menciummu yang menangis sambil mendekap 'ku
Membelai wajahmu yang terlihat semakin senduLalu berkata; bahwa aku menginginkan wajahmu untuk terus tersenyum padaku
Bukan hanya untuk hari itu
Namun hari dimana aku memang sudah tak semuda dahulu,
Atau ketika memang aku yang sudah menutup usiaku.Tersenyumlah, manisku
Sebab itu adalah cara betapa aku bersyukur memilikimu
Memiliki senyum yang terus menjelma menjadi doa sepanjang hariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunyi Hati Hampa Semesta
PoetryKetika hati mencoba berhenti berteriak. Maka air mata lah yang terbiasa menahannya dari segala luka yang di dapat karna Cinta, Kecewa dan sebuah Rasa yang hanya Kau dan Semesta dapat mengertinya.