Aku pernah mengikhlaskan,
Sebuah kepergian yang tanpa berpesan.
Sebuah sakit yang amat ku benci.
Bukan sosok, namun bagaimana kandas itu terjadi.Bahkan terlalu pahit,
Untuk sebuah perasaan yang terus terhimpit.
Oleh dusta dari sang tawa.
Oleh kata bahwa kau akan terus ada.Kalau mencintaimu bagai mengedipkan mata,
Mengapa aku harus menahan realita yang lebih keras dari pukulan baja?
Bahkan sebuah perhatianmu mempengaruhi imajiku.
Untuk terus percaya bahwa kau tak membohongi ku.Aku masih tak percaya bahwa waktu yang mengubah mu.
Atau rintihan sakit mu di masa lalu.
Yang terpikir hanya kau tak lagi mencintai ku.
Menemukan seseorang yang bahkan lebih baik dariku.Mungkin aku yang terlalu berharap pada sebuah bayang.
Yang samar dan hanya bisa ku kenang.
Tanpa pernah bisa merasa menang.
Bahwa mendapatkan tempatku di hatimu adalah rasa senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunyi Hati Hampa Semesta
PoesiaKetika hati mencoba berhenti berteriak. Maka air mata lah yang terbiasa menahannya dari segala luka yang di dapat karna Cinta, Kecewa dan sebuah Rasa yang hanya Kau dan Semesta dapat mengertinya.