Aku merasakan hal ini lagi.
Rasa yang amat ku benci dalam hidup ini.Ketika puisi berjatuhan dengan lembut seperti membelai,
Namun rasa yang ku tuliskan telah ambruk dalam aksara keputusasaan.
Jauh dalam rona tinta yang amat pekat.
Bahkan menutup setiap putih dalam selembar kertas.Pada bunga yang gugur tanpa berpesan.
Pada angin yang terus membelai pelan.
Pohon selalu siap untuk mati kala kemarau.
Juga terjatuh kala hujan yang tak pernah bergurau.Nyanyian-nyanyian surau.
Syair-syair yang terdengar parau.
Elegi jiwa yang suram.
Dan durja yang terus muram.Tuhan,
Aku telah siap untuk mati.
Tak ada lagi yang harus ku nanti.
Tak ada lagi ruang untuk ku berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunyi Hati Hampa Semesta
PoésieKetika hati mencoba berhenti berteriak. Maka air mata lah yang terbiasa menahannya dari segala luka yang di dapat karna Cinta, Kecewa dan sebuah Rasa yang hanya Kau dan Semesta dapat mengertinya.